(IslamToday ID) – Pemerintah China semakin meningkatkan intimidasinya terhadap Taiwan dengan merilis video di media yang menampilkan serangan simulasi di negara pulau tersebut. Melansir The Telegraph, Selasa (13/10/2020), video itu juga menayangkan pengakuan yang konon berasal dari seorang pengusaha Taiwan yang ditahan di China atas tuduhan mata-mata.
The Telegraph memberitakan aksi itu dilakukan seiring langkah Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen yang mendesak Partai Komunis China untuk terlibat dalam dialog yang bermakna secara setara akibat memanasnya ketegangan di Selat Taiwan.
Presiden Tsai menggambarkan bahwa hubungan dengan Beijing cukup tegang setelah berminggu-minggu China meningkatkan aktivitas angkatan udaranya di dekat wilayah udara Taiwan dan melintasi garis tengah Selat Taiwan yang sensitif, yang biasanya bertindak sebagai zona penyangga tidak resmi.
Akan tetapi, China menolak mentah-mentah ajakan Taiwan. China memang telah menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintahan Tsai sejak dia pertama kali terpilih pada tahun 2016, dan menuding Taiwan terus mengejar kemerdekaan dan memiliki pola pikir konfrontatif.
Beberapa jam setelah pidatonya, siaran televisi milik negara CCTV memutar video berdurasi 2 menit 30 detik dari latihan di lepas pantai tenggara China yang menunjukkan secara rinci bagaimana Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) akan mengerahkan kekuatan militernya untuk mengebom dan menyerang pulau berpenduduk 24 juta itu.
Video itu adalah yang terpanjang dari serangkaian video propaganda baru-baru ini yang bertujuan untuk memperkuat ancaman sebelumnya dari Xi Jinping, Presiden China. Video itu menegaskan posisi China bahwa Xi Jinping akan mengambil alih Taiwan dengan paksa jika mereka menolak tawaran untuk menyatukan dengan China secara damai. Hal ini mengacu pada pandangan Beijing bahwa keduanya milik satu negara.
Kepemimpinan komunis China tidak pernah memerintah pulau demokrasi, namun mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri.
Video itu menampilkan pendaratan di pantai pada malam hari, di mana pasukan China tampak memanjat tebing yang didukung oleh armada helikopter tempur, melakukan pendaratan cepat, serta didukung rentetan rudal dan artileri berat.
Media pemerintah semakin menambah tekanan psikologis lewat penayangan yang menunjukkan pengakuan seseorang, yang diduga adalah Lee Meng-Chu, seorang pria Taiwan yang hilang setelah menyeberang dari Hong Kong ke Shenzhen pada Agustus 2019.
Lee dituduh mengambil foto polisi militer China yang telah berkumpul di sebuah stadion untuk latihan dengan kendaraan lapis baja pada puncak aksi protes pro-demokrasi Hong Kong. Hal ini memicu spekulasi bahwa mereka akan turun tangan untuk meredam unjuk rasa massa.
“Saya mengambil ponsel saya untuk merekam beberapa video,” kata Mr Lee dalam laporan televisi negara CCTV mengenakan seragam penjara. “Saya minta maaf. Saya telah melakukan banyak hal buruk,” tambahnya.
Organisasi hak asasi manusia (HAM) secara teratur menuduh China memaksa tahanan untuk menyampaikan “pengakuan publik” yang disiarkan di televisi.
Taiwan menuduh Beijing melakukan politik jahat dan memanipulasi kasus Lee dan mengkritik otoritas China karena ikut campur dalam demokrasi Taiwan. [wip]