(IslamToday ID) – Kebangkitan China sebagai negara adidaya ekonomi baru tak terbantahkan. Menurut laporan World Economic Output 2020 IMF yang dirilis baru-baru ini, China telah melampaui Amerika Serikat (AS) sebagai ekonomi terbesar di dunia.
“IMF menggunakan tolok ukur yang lebih andal dan sekarang diterima secara luas, yang disebut Purchasing Power Parity (PPP) dan menentukan ekonomi China sebesar 24,2 triliun dolar AS, dibandingkan dengan AS sebesar 20,8 triliun dolar AS,” tulis EurAsian Times yang dikutip pada hari Senin (19/10/2020).
Metode penghitungan PPP yang digunakan oleh IMF memungkinkan untuk membandingkan berapa banyak yang dapat dibeli dengan uang yang Anda miliki di berbagai negara.
Sementara, para ekonom secara tradisional menggunakan MER (Market Exchange Rates) atau nilai tukar pasar untuk menghitung produk domestik bruto (PDB), yang justru tidak mencerminkan angka sebenarnya.
Metode MER dipandang kurang akurat karena meremehkan daya beli mata uang banyak negara. Akibatnya, mata uang banyak negara dinilai terlalu rendah terhadap dolar.
Dengan PPP, IMF memperkirakan output ekonomi China melebihi AS dengan selisih yang sangat besar. IMF menjelaskan dalam laporannya bahwa PPP menghilangkan perbedaan tingkat harga antar ekonomi. dan dengan demikian membandingkan ekonomi nasional dalam hal berapa banyak setiap negara dapat membeli dengan mata uangnya sendiri pada harga barang yang dijual di sana.
Setelah IMF, CIA juga memutuskan untuk beralih dari MER ke PPP dalam penilaian tahunan ekonomi nasionalnya. CIA Factbook mencatat bahwa ukuran nilai tukar resmi dari PDB bukanlah ukuran akurat dari output China, PDB pada nilai tukar resmi (PDB MER) secara substansial mengecilkan tingkat aktual dari output China dibandingkan dengan negara lain di dunia, dalam situasi China PDB pada paritas daya beli memberikan ukuran terbaik untuk membandingkan output antar negara.
Untuk mengatasi ketidakkonsistenan dengan metode tradisional, The Economist menemukan metode baru yang disebut “Indeks Big Mac” untuk menentukan apakah mata uang berada pada level yang tepat.
Faktanya adalah 1 dolar AS (USD1) dapat membeli suatu barang hampir dua kali lipat lebih banyak di China daripada di AS sendiri. Sedangkan nilai tukar pasar saat ini hampir tidak mengakui fakta tersebut.
Menurut The Economist, pada 2019 pekerja China menghasilkan barang dan jasa senilai lebih dari 99 triliun yuan. Sementara, AS menghasilkan 21,4 triliun dolar AS. Karena 6,9 yuan tahun lalu setara dengan 1 dolar AS, maka rata-rata PDB China hanya bernilai 14 triliun dolar AS ketika dikonversi ke dolar dengan harga pasar, atau jauh di bawah AS.
Akan tetapi, 6,9 yuan bernilai lebih banyak di China daripada 1 dolar AS di Amerika. Contohnya adalah burger Big Mac dari McDonald’s. Harganya sekitar 21,70 yuan di China dan 5,71 dolar AS di Amerika. Dengan ukuran itu, maka 3,8 yuan setara dengan 1 dolar AS.
“Jika itu faktanya, maka 99 triliun yuan sebetulnya senilai 26 triliun dolar AS, dan artinya ekonomi China sudah jauh lebih besar daripada AS,” tambah The Economist.
Tingkat pertumbuhan ekonomi China telah tumbuh dengan kecepatan yang menakjubkan sekitar 10 persen selama hampir 30 tahun terakhir. Negara ini telah menyaksikan pertumbuhan yang mengejutkan di setiap sektor, dengan sektor manufaktur menjadi mesin kebangkitan secara keseluruhan.
Bloomberg melakukan kalkulasi sendiri terhadap data IMF, yang menunjukkan proporsi pertumbuhan dunia yang berasal dari China diperkirakan akan meningkat dari 26,8 persen pada 2021 menjadi 27,7 persen pada 2025. “Itu masing-masing lebih dari 15 dan 17 poin persentase, lebih tinggi dari AS bagian dari output global yang diharapkan,” ungkap laporan itu.
Menurut perkiraan IMF, China akan tumbuh sebesar 8,2 persen tahun depan, turun satu poin persentase penuh dari perkiraan IMF pada bulan April, tetapi cukup kuat untuk menyumbang lebih dari seperempat pertumbuhan global.
Dunia tidak bisa lagi menyangkal kekuatan super China sebagai ekonomi paling kuat di dunia. Fakta ini tidak bisa dipungkiri lagi. Kenaikan negara itu ke puncak tidak bisa dihindari, meski tidak ada yang menyangka akan secepat itu. Pandemi Covid-19 yang melanda negara-negara di dunia bahkan hanya membuat China semakin kuat, yang ironisnya adalah tempat asal virus tersebut. [wip]