ISLAMTODAY ID — Pemimpin oposisi Prancis Jean-Luc Melenchon menegaskan bahwa pihaknya tidak mendukung Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam perselisihannya dengan Turki terkait tindakan anti-Muslimnya.
Jean Luc Melenchon mengatakan Macron telah benar-benar kehilangan kendali atas situasi di Prancis saat ini, pada Senin (26/10).
Pemimpin gerakan “The France Unbowed” dan anggota parlemen untuk wilayah Mediterania dengan populasi Muslim yang besar ini mengatakan, dia beberapa kali mendukung Macron. Namun, kini tidak akan mendukung Macron dalam perselisihannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Yang terbaik yang bisa saya lakukan adalah diam. Tadi malam, presiden, karena alasan yang tidak ada di antara kita yang bisa mengerti, menyebar melalui serangkaian unggahan di Twitter, benar-benar kehilangan kendali atas situasi ini,” jelas mantan calon presiden ini kepada Radio Prancis Inter, Selasa (27/10), dilansir dari Daily Sabah.
Jean Luc Melenchon mengatakan Macron sebaiknya memikirkan apa strateginya nanti, di saat Perancis tengah direndahkan, dihina, dan diejek, selain melakukan unggahan di Twitter.
Menurutnya, Macron sendiri telah mencap gerakannya sebagai ‘islamis kiri’ atau Islam-kiri (Islamo-leftist)’.
Awal bulan ini, Macron menyebut bahwa Islam sebagai agama dalam krisis dan mengumumkan rencana aturan yang lebih ketat untuk menangani yang disebutnya ‘separatisme Islam’ di Prancis.
Bahkan, Macron mengecam pembunuhan terhadap seorang guru di negara itu yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas. Namun, ia mengatakan Prancis tidak tidak akan menyerah terkait kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW itu.
Kecaman Luas Dunia Muslim
Penerbitan ulang kartun hinaan terhadap Nabi Muhammad, sekaligus pernyataan Macron tentang Islam dan komunitas Muslim, memicu kecaman luas di dunia Arab pada tingkat resmi dan lainnya.
Sejumlah negara Arab, serta Turki, Iran, dan Pakistan, telah mengecam sikap Macron yang keras terhadap Muslim dan Islam.
Sejumlah aktivis di sejumlah negara Timur Tengah pun melancarkan seruan boikot terhadap produk Prancis.
Bahkan, produk-produk Perancis ditarik dari peredaran di sejumlah tiitk di negara Kuwait, Yordania, dan Qatar.
Selain itu, seruan boikot juga bergema di Maroko, Turki, Suriah, Libya, dan Jalur Gaza.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, karikatur Nabi Muhammad ditampilkan menggunakan proyektor di gedung pemerintahan di Perancis. Hal tersebut dinilai sebagai bentuk penghormatan terhadap guru sejarah, Samuel Paty yang dipenggal kepalanya oleh seorang imigran muslim.
Penggambaran kontroversial dari Charlie Hebdo ini ditampilkan di gedung balai kota di wilayah Occitanie, yakni Montpellier dan Toulouse.
Gambar proyeksi tersebut berlangsung selama lebih dari 4 jam pada hari Rabu (21/10/2020) malam waktu setempat.[IZ]