(IslamToday ID) – Seruan untuk mengganti kepemimpinan Palestina masih bergema dari waktu ke waktu baik di tingkat lokal maupun internasional. Pergantian kepemimpinan itu dinilai bisa menjadi langkah awal untuk memulai normalisasi hubungan dengan Israel.
Yang mengejutkan, seruan itu disampaikan oleh forum dan tokoh yang dikenal dekat dengan kepemimpinan Palestina saat ini.
Salah satu tokoh yang menyerukan pergantian kepemimpinan Palestina adalah mantan Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair. “Kami harus mencoba dan membawa generasi politikus Palestina yang memahami bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan negara Palestina adalah melalui pemahaman yang tulus dan mendalam antar manusia, antar budaya, dan bukan hanya negosiasi tentang wilayah,” katanya seperti dikutip dari MEMO, Rabu (28/10/2020).
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Israel, David Friedman mengatakan AS mempertimbangkan untuk mengganti Presiden Palestina Mahmoud Abbas dengan pemimpin Fatah yang dipecat, Muhammad Dahlan. Namun perkataannya ini kemudian diralat. “Kami tidak memiliki keinginan untuk merekayasa kepemimpinan Palestina. Kepemimpinan Palestina tidak melayani rakyat dengan baik.”
Sedangkan Kolonel Dror Shalom, Kepala Divisi Riset Intelijen Militer di Angkatan Darat Israel, mengatakan ada dua bahaya utama bagi Israel, salah satunya adalah runtuhnya otoritas Palestina karena posisinya menjadi pertanda strategis.
Sementara itu, media Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) melancarkan serangan besar-besaran terhadap otoritas Palestina dan presidennya, menyusul penandatanganan perjanjian normalisasi dengan Israel. Mereka menerbitkan artikel dan laporan yang menyerukan diakhirinya era Mahmoud Abbas dan mengganti dengan Dahlan.
Jelas bahwa perkembangan pesat di Palestina dapat merusak stabilitas otoritas, terutama dengan meningkatnya pembicaraan tentang kemungkinan absennya Abbas, baik karena alasan kesehatan atau politik.
Ini terutama akibat penyebaran virus corona di Tepi Barat, tekanan yang meningkat pada otoritas Palestina dalam beberapa bulan terakhir, serta publik Palestina yang menyadari besarnya kesulitan yang dihadapi.
Pertanyaannya tetap tentang kemungkinan Abbas setuju untuk mundur dari jabatannya jika pemilihan presiden diadakan, karena meningkatnya tekanan asing untuk mengakhiri masa jabatannya. Tapi siapa yang bisa menggantikannya?
Meskipun Israel tahu Abbas memiliki banyak kekurangan, namun tetap dikhawatirkan jika ia tidak lagi memimpin Palestina. Benar bahwa Abbas menghentikan koordinasi keamanan dengan Israel dan memutuskan hubungan politik, tetapi tidak semua hubungan.
Kepala Layanan Keamanan Shin Bet Israel, Nadav Argaman memperingatkan akan posisi Abbas yang melemah, sehingga Hamas semakin kuat di Tepi Barat, serta penurunan popularitas dari apa yang disebutnya moderat di Palestina.
Ada sejumlah skenario dasar jika sampai Abbas mundur dari otoritas Palestina. Pertama adalah optimis, di mana transfer kekuasaan akan berjalan dengan tenang, dan presiden berikutnya akan mengikuti pendekatan Abbas dan melaksanakan kebijakannya. Ini akan menghindari kekerasan dan fokus pada perjuangan diplomatik.
Skenario kedua, akan terjadi kekacauan. Partai-partai yang bermasalah dengan Fatah akan mendapatkan kendali politik. Hal ini memungkinkan Hamas untuk memaksakan kontrolnya atas Tepi Barat, meskipun kelompok itu diburu oleh Israel, dan serangan bersenjata akan kembali terjadi di Tepi Barat.
Sedangkan skenario ketiga merupakan jalan tengah dengan masa transisi di mana tokoh-tokoh lemah otoritas Palestina mendapat persetujuan dari semua pihak hingga pemilihan umum dilaksanakan.
Israel memandang era Abbas hanya dari sudut pandang keamanan. Tidak seperti pendahulunya, Yasser Arafat yang menentang operasi bersenjata, dan pemerintahannya melakukan koordinasi keamanan yang baik dengan Israel.
Ini termasuk koordinasi antara pasukan keamanan kedua belah pihak, pemerintahan sipil, dan tentara Israel, yang hasilnya adalah melestarikan kehidupan orang Israel. Israel mungkin tidak menemukan presiden yang bekerja sama dengannya lebih dari Abbas, karena dia menyediakan sesuatu yang diinginkan bangsa Yahudi itu. [wip]