(IslamToday ID) – Pemerintah Perancis meningkatkan penjagaan keamanan tingkat tinggi menyusul serangan berdarah di sebuah gereja di Kota Nice yang menewaskan tiga orang.
Dari penelusuran pihak berwenang, terduga pelaku diketahui datang ke gereja dengan naik kereta api dan membawa identitas Palang Merah Italia. Ia kemudian kemudian mengganti pakaiannya di stasiun, kemudian berjalan ke gereja untuk melakukan serangan.
Kepala Jaksa Anti-Teroris Perancis, Jean-Francois Ricard mengatakan pada hari Kamis (29/10/2020) bahwa penyerang adalah warga Tunisia yang lahir tahun 1999 dan pergi ke Kota Bari, Italia pada 9 Oktober lalu.
Menurut jaksa penuntut, pria itu ditangkap setelah terekam kamera pengintai di stasiun kereta api di Kota Nice, dan sudah berjalan sejauh 400 meter mendekati Gereja Notre Dame.
Selang beberapa jam setelah serangan di Kota Nice pada hari Kamis, polisi menembak mati seorang pria yang mengancam seseorang dengan pistol di Montfavet, dekat Kota Avignon di Perancis selatan. Pihak berwenang di Kota Lyon juga menahan seorang tersangka bersenjatakan pisau.
Perdana Menteri Perancis, Jean Castex mengatakan serangan di Kota Nice adalah tindakan pengecut dan biadab. Kepada parlemen ia pun memutuskan untuk menaikkan sistem peringatan keamanan Vigipirate Perancis ke tingkat tertinggi atau “darurat serangan”.
Jaksa anti-teror Perancis telah melakukan penyelidikan ke Kota Nice sampai tiga kali sejak persidangan dibuka pada September untuk kasus serangan 2015 di kantor majalah Charlie Hebdo dan supermarket halal yang terkait dengan ISIS dan Al Qaeda.
Karikatur Charlie Hebdo tentang Nabi Muhammad yang merupakan motif serangan tahun 2015, baru-baru ini muncul lagi sebagai pemicu sehingga mengganggu hubungan Perancis dengan dunia muslim.
Seorang sumber polisi menyatakan seorang pria dan wanita meninggal di Basilika Notre-Dame, tepatnya di jantung kota resor Mediterania, sementara orang yang ketiga meninggal setelah mendapat perawatan karena luka-luka.
Tidak ada acara misa pada saat terjadi serangan itu. Tetapi gereja dibuka sekitar pukul 07.00 GMT (08.00 pagi). “Tapi orang-orang datang untuk berdoa sepanjang waktu,” kata Pastor Philippe Asso, yang melayani di Basilika itu.
Seperti yang dilakukannya setiap hari, petugas membuka gereja itu sekitar pukul 07.30. Misa pertama pada hari itu tidak akan dimulai sampai dua jam.
Tetapi sekitar pukul 08.00, seorang pria bersenjatakan pisau memasuki gereja dan memenggal leher Sexton, memenggal seorang wanita tua, dan melukai seorang wanita ketiga.
Walikota Nice, Christian Estrosi mengatakan Sexton dan wanita tua itu meninggal di tempat, sedangkan wanita ketiga berhasil lari keluar dari gereja dan menuju ke kafe terdekat. Tetapi ia tidak tertolong dan meninggal karena luka-lukanya.
Daniel Conilh, seorang pelayan berusia 32 tahun di Grand Cafe de Lyon, satu blok dari gereja, mengatakan sebelum jam 08.00 ada suara tembakan dan semua orang lari.
“Seorang wanita datang langsung dari gereja dan berkata, lari, lari, ada orang yang melakukan penikaman,” katanya. Puluhan polisi serta kendaraan mereka dengan cepat menutup lingkungan itu.
Estrosi, yang menggambarkan serangan itu sebagai tindakan terorisme, menulis di Twitter bahwa polisi telah menangkap pelaku penyerangan.
“Tersangka penyerang ditembak oleh polisi saat hendak ditangkap. Dia (pelaku) sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Dia masih hidup,” kata Estrosi.
Pelaku kemudian diidentifikasi bernama Brahim Aouissaoui warga Tunisia berusia 21 tahun.
Aouissaoui berasal dari Desa Sidi Omar Bouhajla dekat Kairouan, tetapi akhir-akhir ini tinggal di Sfax dan polisi mengunjungi keluarganya di sana pada hari Kamis.
Serangan lain yang dilaporkan pada hari Kamis di Lyon dan di Kota Jeddah, Saudi di Konsulat Perancis belum ada kaitannya dengan serangan di Kota Nice.
Polisi Perancis menembak mati seorang pria yang mengaku setia kepada kelompok anti-imigran di Montfavet, dekat Kota Avignon di Perancis selatan, setelah dia sebelumnya mengancam orang yang melintas dengan pistol.
Sumber polisi mengatakan pria itu mengaku sebagai anggota kelompok Generasi Identitas Ekstrem Kanan dan telah menyerang seorang pedagang lokal.
Seorang pria bersenjatakan pisau panjang ditangkap di Kota Lyon, Perancis tenggara, ketika dia mencoba naik trem. Tersangka seorang warga negara Afghanistan berusia 20-an tahun telah dilaporkan ke Dinas Intelijen Perancis.
Mengalir Kecaman dan Dukungan
Kecaman datang dari paus dan para pemimpin Eropa serta Turki, yang terlibat dalam pertengkaran diplomatik dengan Paris terkait kartun yang mengejek nabi.
Paus Fransiskus mengutuk serangan itu sebagai perbuatan biadab. Vatikan mengatakan terorisme dan kekerasan tidak pernah bisa diterima.
Para pemimpin Uni Eropa juga mengungkapkan solidaritas terhadap Perancis, dan berjanji untuk menghadapi mereka yang berusaha menghasut dan menyebarkan kebencian.
“Saya mengutuk serangan keji dan brutal yang baru saja terjadi di Kota Nice dan saya bersama Perancis dengan sepenuh hati,” cuit Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.
Ankara juga mengutuk keras serangan pisau itu dan menawarkan solidaritas, meskipun ada pertengkaran diplomatik dengan Paris.
“Kami mengutuk keras serangan yang dilakukan hari ini di dalam gereja Notre-Dame di Kota Nice,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki sambil menyampaikan belasungkawa kepada kerabat para korban.
Sejak pembunuhan dan insiden Chalie Hebdo pada tahun 2015, gelombang serangan di Perancis telah menewaskan lebih dari 250 orang. [wip]