ISLAMTODAY ID — Sejumah pemimpin Uni Eropa tampak begitu mendukung dan menantikan kiprah Joe Biden, kandidat yang sejauh ini unggul dalam perhitungan suara Pemilu AS.
Sikap sejumlah pemimpin Uni Eropa menunggu Joe Biden untuk bekerja sama dengan negara Eropa seperti Jerman dan Prancis dalam menyerukan persatuan melawan negara-negara seperti China, Rusia dan Iran.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menegaskan seruannya kepada media The Washington Post pada hari Senin (16/11), dua pekan usai pemilihan umum AS.
“Dengan Biden, persatuan transatlantik yang lebih besar akan dimungkinkan berkaitan dengan otokrat dan negara-negara yang berusaha untuk meningkatkan kekuasaan mereka dengan merusak tatanan internasional atau regional. Tetapi pendekatan berprinsip tidak mengecualikan dialog dan kerjasama,” jelas pernyataan keduanya.
“Di bawah pemerintahan Biden, arah kebijakan luar negeri AS akan terus mengarah ke China, sebagai mitra, pesaing, dan saingan sistemik pada saat yang sama.” imbuhnya.
Menlu Prancis dan Jerman itu juga mengatakan AS dan Uni Eropa harus “saling berkonsultasi” untuk mengoordinasikan pendekatan mereka ke China terkait hak asasi manusia, infrastruktur digital, dan perdagangan yang adil.
Joe Biden mengatakan Washington akan mengandalkan para sekutunya untuk menghadapi Beijing atas praktik perdagangan yang tidak setara.
Baik AS dan Uni Eropa telah lama mengeluhkan tentang pembatasan akses pasar di China, yang pada Ahad (15/11) menandatangani kesepakatan perdagangan terbesar di dunia dengan Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru dan 10 negara Asia Tenggara.
“Kita perlu selaras dengan negara demokrasi lain… sehingga kita dapat menetapkan aturan jalan alih-alih membuat China dan lainnya mendikte hasil karena mereka adalah satu-satunya permainan di kota,” ujar Joe Biden dilansir South China Morning Post, Selasa (17/11).
Akan tetapi ketika Le Drian dan Maas menyerukan konsultasi AS dengan Eropa, sementara pihak lain menghendaki Washington untuk memimpin.
Suara Norwegia
Dalam forum online yang diselenggarakan oleh German Marshall Fund of the US, Menteri Luar Negeri Norwegia mengungkapkan
“Ada kebutuhan yang kuat untuk kepemimpinan dan komitmen AS,” ungkap Menlu Ine Eriksen Soreide
Sebelumnya, Eriksen Soreide, Le Drien dan Heiko Mass bertemu dengan Menlu China Wang Yi pada musim panas, ketika Beijing berusaha untuk membalikkan gelombang skeptisisme yang tumbuh terhadap China.
Berbeda dengan Prancis dan Jerman, Norwegia bukanlah bagian dari Uni Eropa secara geografis lebih dekat dengan rival regionalnya Rusia, dimana bantuan pertahanan AS dianggap penting.
Soreide menyebutnya “salah satu fitur paling menakjubkan” dari pemerintahan Donald Trump yaitu berusaha menghadapi China dengan menarik diri dari kerja sama internasional.
“Hal itu tentu saja membuat ruang terbuka lebar bagi China untuk memberikan pengaruh yang lebih besar, mengisi kekosongan lebih cepat,” pungkasnya.
“Sangat penting bahwa ketika kita terlibat dalam dialog transatlantik tentang hal ini, menjalankan kepemimpinan AS berarti terlibat di area tempat sekutu Anda hadir,” jelas Soreide.
“Dengan itu, kita bisa melakukan banyak hal bersama.”
Perselisihan Soal Boeing dan Airbus
Ketidaksepakatan bilateral antara Washington dan Brussel bisa menjadi hambatan bagi kebijakan bersama apa pun tentang China.
Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez Laya mengatakan kepada BBC pada hari Senin (16/11) bahwa akan bijaksana bagi AS dan Uni Eropa untuk menyelesaikan perselisihan mengenai Boeing dan Airbus sebelum mereka memulai kebijakan untuk menghadapi China atas praktik perdagangan yang tidak adil.
Domain digital adalah bidang sengketa lain, karena Uni Eropa menghadapi teknologi besar di AS, terutama karena masalah privasi.
Akan tetapi pekan lalu komisaris Eropa yang bertanggung jawab atas kebijakan digital memberikan nada positif pada pemerintahan Biden di masa depan.
“Kita harus bekerja menuju ruang teknologi transatlantik, berdasarkan nilai-nilai demokrasi kita, supremasi hukum dan martabat serta integritas individu,” kata Margrethe Vestager.
“Karena jika kita bisa menyepakati aturan, ini kemungkinan besar akan menjadi standar global,” tandasnya.
Eropa Sambut Biden
Meski kemenangan pemilihan Biden disambut baik di Eropa, ada juga kehati-hatian. Menanggapi sikap pro-Amerika, Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer terhadap otonomi strategis Eropa, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan seharusnya ketergantungan pada AS berkurang.
“Saya pikir sangat penting bahwa Eropa menemukan cara dan sarana untuk memutuskan sendiri, mengandalkan dirinya sendiri, tidak bergantung pada orang lain, di setiap bidang, teknologi, seperti yang saya katakan, tetapi juga kesehatan, dan geopolitik,” pungkasnya jurnal Le Grand Continent ,Senin (16/11).
“Saya yakin satu hal: kami bukan Amerika Serikat,” kata Macron.
“Nilai-nilai kami tidak persis sama… Kami memiliki pandangan dunia yang berbeda, yang terhubung dengan Afrika, Timur Tengah dan Dekat, dan kami memiliki geografi yang berbeda, yang dapat berarti bahwa kepentingan kami tidak sejalan.” imbuhnya.[Res]