ISLAMTODAY ID – Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus untuk pertama kalinya menyebut tentang etnis Muslim Uighur di Xinjiang, China.
Dalam bukunya yang berjudul Let Us Dream: The Path to A Better Future, untuk pertama kalinya Paus Francis menyinggung nasib Muslim Uighur di China sebagai warga yang “teraniaya”.
Langkah Paus tersebut sebelumnya selama bertahun-tahun telah dituntut oleh para aktivis hak asasi manusia.
“Pandemi Covid-19 harus memacu pemerintah untuk mempertimbangkan secara permanen membangun pendapatan dasar universal.” Tulisnya dalam buku, seperti dilansir dari TRT World, Selasa (24/11).
Buku Let Us Dream merupakan hasil kolaborasi dengan penulis biografi Paus berbahasa Inggris, Austen Ivereigh.
Dalam buku berjumlah 150 halaman itu, Paus Franciskus berbicara tentang perubahan ekonomi, sosial dan politik yang menurutnya diperlukan untuk mengatasi ketidaksetaraan dan kesenjangan sosial-ekonomi setelah pandemi berakhir.
Beredar kabar buku tersebut mulai dijual secara publik pada 1 Desember mendatang.
Beijing Bantah Tudingan Paus
“Saya sering berpikir tentang orang-orang yang teraniaya: Rohingya, Uighur yang malang, Yazidi,” ungkap Francis sembari mengklaim tudingan penganiayaan umat Kristen di negara Muslim.
Para pemimpin agama, kelompok aktivis, dan pemerintah mengatakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida sedang terjadi terhadap Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, China, lokasi dimana lebih dari satu juta penduduk Uighur ditahan di kamp-kamp.
Bulan lalu, selama konferensi di Vatikan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengecam keras China atas perlakuannya terhadap Uighur.
Beijing telah menolak tuduhan itu sebagai upaya untuk mendiskreditkan China. Beijing berdalih dengan mengatakan kamp-kamp itu adalah pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan sebagai bagian dari tindakan kontra-terorisme dan deradikalisasi.
Banyak pihak menilai Vatikan enggan berbicara tentang Uighur sebelumnya karena sedang dalam proses memperbarui perjanjian kontroversial dengan Beijing mengenai pengangkatan Uskup. Kesepakatan itu diperbarui pada bulan September lalu.
Dukung Insentif Bantuan Sosial
Paus Fransiskus secara jelas memberikan dukungan hingga saat ini dalam bukunya terkait pendapatan dasar universal (UBI). UBI merupakan kebijakan yang didukung oleh beberapa ekonom dan sosiolog di mana pemerintah memberikan sejumlah bantuan uang tetap kepada setiap warga negara tanpa syarat apapun.
UBI diketahui menjadi landasan kampanye Andrew Yang tahun lalu selama pemilihan pendahuluan dari Partai Demokrat di Amerika Serikat.
“Mengakui nilai karya orang tak berpenghasilan bagi masyarakat adalah bagian penting dari pemikiran ulang kita di dunia pasca-Covid. Itulah sebabnya saya yakin inilah saatnya untuk mengeksplorasi konsep seperti pendapatan dasar universal (UBI) …” paparnya.
“Dengan memberikan penghasilan dasar universal, kita bisa bebas dan memungkinkan masyarakat bekerja untuk masyarakat secara bermartabat,” imbuhnya.
Paus Fransiskus sekali lagi mengkritik ekonomi trickle-down. Itu merupakan teori yang disukai oleh kaum konservatif bahwa keringanan pajak dan insentif lain untuk bisnis besar dan orang kaya pada akhirnya akan menguntungkan seluruh masyarakat melalui investasi dan penciptaan lapangan kerja.
Paus Francis menyebut ekonomi trickle-down seuatu yang keliru.
“asumsi yang salah dari teori trickle-down yang terkenal bahwa pertumbuhan ekonomi akan membuat kita semua lebih kaya,” tandasnya.[Res]