ISLAMTODAY ID — Global Times, media dibawah kendali Partai Komunis China, membantah tuduhan media Australia tentang laporan hampir dua juta anggota Partai Komunis China (CPC) sedang menyusup ke organisasi, perusahan besar, universitas, dan badan-badan dunia. Hal ini termasuk, tudingan menyusup ke perusahaan-perusahaan multinasional terkemuka.
“Mengabaikan fakta hal itu merupakan pelanggaran privasi besar-besaran, media Barat menggembar-gemborkan daftar itu sebagai bukti aktivitas intelijen yang disponsori CPC, walaupun gagal membuktikan 1,95 juta orang itu terkoneksi dengan urusan intelijen,” tulis Global Times dalam laporannya, Selasa (15/12) lalu.
“Laporan itu menggambarkan informasi pribadi anggota CPC sebagai aksi berani untuk mengungkapkan ‘penyusupan’ tanpa menyinggung sifatnya yang ilegal dan merugikan anggota partai yang hanya rakyat biasa,” tulis Global Times.
Media milik Pemerintah China itu juga mengutip seorang profesor dari East China Normal University, Chen Hong. Nama Chen masuk dalam daftar yang dimiliki the Australian.
Chen mengatakan tidak pernah menjadi anggota CPC tapi anggota partai lain di sistem politik Cina.
“Saya curiga data itu sepenuhnya salah,” kata Chen seperti dilansir Global Times.
Global Times juga mengutip Volkswagen China yang mengatakan keterlibatan dalam partai politik sepenuhnya keputusan karyawan yang tidak diintervensi perusahaan.
Dalam laporan Global Times, Volkswagen mengatakan mereka menghormati setiap afiliasi politik di seluruh dunia dan bisnis mereka tidak terdampak pada hal itu.
“Kami tidak mengetahui, atau tertarik, pada afiliasi politik pegawai kami, kami menghormati perbedaan pandangan masing-masing dan berusaha menjadi tempat yang inklusif bagi semua,” kata IKEA salah satu perusahaan yang disebut disusupi anggota CPC.
Laporan Media Australia
Sejumlah media Australia mengaku pihaknya memiliki data yang membuktikan bahwa sebanyak 2 juta anggota Partai Komunis Cina (CCP) menyusup ke sejumlah organisasi besar.
Menurut Media Australia, para anggota Partai Komunis China itu menyusup ke perusahaan, bank, media, universitas dan badan pemerintah di seluruh dunia.
Business Insider pada Rabu (16/12) melaporkan surat kabar The Australian memiliki data bocor yang memuat nama dua juta anggota CCP, posisi mereka di partai tersebut, tanggal lahir, nomor identitas dan etnisitas. Perusahaan raksasa seperti Boeing dan Volkswagen termasuk organisasi yang disusupi.
Begitu pula dengan perusahaan farmasi seperti Pfizer dan AstraZeneca dan bank seperti ANZ dan HSBC. Dokumen tersebut menyebutkan 600 orang yang bekerja di HSBC dan Standard Chartered adalah anggota CCP.
“Diyakini ini pertama kalinya data semacam ini bocor di dunia,”jelas jurnalis The Australian dan pembawa acara Sky News, Sharri Markson.
“Apa yang luar biasa dari data ini tidak hanya mengekspos orang-orang yang menjadi anggota Partai Komunis, dan siapa yang tinggal dan bekerja di seluruh dunia, mulai dari Australia hingga Amerika Serikat dan Inggris, tapi yang luar biasa karena ini mengungkapkan bagaimana partai ini beroperasi di bawah kepemimpinan Ketua Partai dan Presiden Xi Jinping,” ujar Sharri Markson.
Laporan The Australian itu mengatakan sekitar 79 ribu cabang CCP didirikan di dalam perusahaan-perusahaan Barat. Anggotanya bila diminta langsung bertanggung jawab pada Partai Komunis dan Presiden Xi Jinping.
“Ini juga akan mempermalukan sejumlah perusahaan global yang tampaknya tidak memiliki rencana untuk melindungi kekayaan intelektual mereka dari pencuri, dari spionase ekonomi,” jelas Sharri Markson.
Data tersebut dilaporkan diekstrak dari sebuah server di Shanghai pada 2016 lalu oleh seorang pembangkang China yang menggunakannya untuk kontra intelijen. Data itu bocor ke kelompok bipartisan internasional, Inter-Parliamentary Alliance on China.
Data tersebut kemudian dikirimkan ke konsorsium empat perusahaan besar yang terdiri dari The Australia, Mail dari Inggris, De Standaard dari Belgia dan ke seorang editor di Swedia.
Namun, The Australian tidak menyebutkan nama anggota CCP hanya perusahaan tempat mereka bekerja.[IZ]