ISLAMTODAY ID — Iran mengumumkan secara resmi akan memulai produksi 20 persen uranium yang diperkaya di fasilitas nuklir bawah tanah Fordow, menurut laporan media pemerintah Senin (4/1/2021).
“Presiden Iran Hassan Rouhani dalam beberapa hari terakhir memerintahkan penerapan Undang-Undang Tindakan Strategis untuk Mencabut Sanksi. Oleh karena itu, proses injeksi gas dimulai beberapa jam yang lalu, dan produk uranium yang diperkaya UF6 pertama akan dicapai dalam beberapa jam,” ujar juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei.
Ali Rabiei menekankan bahwa seluruh proses sudah dimulai setelah menginformasikan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Pada Sabtu (2/1) mengkonfirmasi rencana meningkatkan pengayaan uranium hingga 20 persen guna menerapkan undang-undang yang baru-baru ini diperkenalkan sebagai tindakan balasan terhadap sanksi AS.
Dalam wawancara dengan televisi pemerintah, Kepala Badan Nuklir Iran, Ali Akbar Salehi, mengatakan bahwa Teheran telah memberitahukan pengawas nuklir PBB IAEA tentang rencana pengayaan uranium tersebut.
Pada Jumat (1/1), IAEA mengatakan Iran telah mengomunikasikan niatnya untuk memperkaya kemurnian hingga 20 persen, tingkat yang dicapai sebelum kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia.
Di bawah kesepakatan nuklir 2015, Teheran diizinkan untuk memperkaya uranium hingga 3,67 persen. Namun, ambang batas itu dilanggar oleh Iran sebagai tanggapan atas penarikan AS dari kesepakatan itu, menaikkan level menjadi 4,5 persen.
Rencana untuk menaikkan level dari 4,5 menjadi 20 persen, yang dianggap sebagai “uranium yang sangat diperkaya”, telah direncanakan untuk beberapa waktu, tetapi pemicu terakhir adalah pembunuhan ilmuwan terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh pada November lalu.
Menyusul insiden yang mendapat reaksi keras dari Iran, Parlemen Iran mengadopsi rencana strategis untuk melawan sanksi, yang menyerukan percepatan kegiatan nuklir dan mengakhiri implementasi dari Protokol Tambahan.
RUU itu akhirnya diubah menjadi undang-undang setelah badan pengawas tertinggi negara itu, Dewan Penjaga, memberikan persetujuannya, meski ada penolakan dari pemerintah.
Pelaksanaan rencana tersebut kemungkinan akan semakin meningkatkan ketegangan antara Iran dan Barat di saat pemerintahan baru di Washington telah mengisyaratkan kemungkinan AS kembali ke perjanjian 2015.
Pemerintahan Hassan Rouhani mengatakan bersedia untuk kembali mematuhi penuh kesepakatan itu, yang berarti menurunkan pengayaan uranium kembali menjadi 3,6 persen, jika AS kembali ke kesepakatan itu “tanpa syarat”.
Ketegangan meningkat antara Iran dan AS, terutama di Teluk Persia dan Irak yang bergolak, dalam beberapa pekan terakhir, pada peringatan pertama pembunuhan komandan Iran Qasem Soleimani dalam serangan udara AS.
Sumber: Anadolu