ISLAMTODAY ID — Ketua Parlemen Turki Mustafa Sentop di Istanbul pada Jumat (8/1) menyatakan bahwa Fasilitas dan teknologi militer Turki berpotensi mengubah konsep perang dan konflik di dunia.
Dalam simposium terkait kawasan Kaukasus Selatan dan konflik di Karabakh, Mustafa Sentop mengatakan potensi fasilitas dan teknologi militer Turki sebagian sudah ditunjukkan di Suriah dan Libya, dan baru-baru ini “sangat jelas” selama perang Nagorno-Karabakh di Azerbaijan.
Saat bentrokan baru meletus pada 27 September tahun lalu, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.
Selama konflik 44 hari, Azerbaijan berhasil membebaskan beberapa kota dan hampir 300 permukiman dan desa dari hampir tiga dekade pendudukan.
Kemudian, Drone bersenjata Bayraktar TB2 Turki yang dibeli oleh Baku memainkan peran penting dalam kemenangan Azerbaijan di Karabakh.
Meski konflik Nagorno-Karabakh telah diselesaikan dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh Moskow, namun konflik di Kaukasus Selatan, di sekitar Turki, dan di seluruh dunia belum berakhir, jelas Mustafa Sentop.
Ketua Parlemen Turki ini mengatakan bahwa para pejabat tinggi Turki mengunjungi Azerbaijan selama perang dan menyatakan dukungan mereka kepada negara persaudaraan itu.
Nagorno-Karabakh, Tanah Azerbaijan Sah dan Bersejarah
Mustafa Sentop menegaskan bahwa wilayah Nagorno-Karabakh selalu dianggap sebagai wilayah Azerbaijan bersejarah.
Menurut Ketua Parlemen Turki itu, tidak peduli sejauh mana kita masuk ke dalam sejarah, Nagorno-Karabakh berada di bawah kendali Azerbaijan, baik setelah perjanjian Iran-Rusia, di awal abad ke-19, maupun dalam Konstitusi yang diadopsi pada periode Uni Soviet.
“Pada masa Soviet, tidak ada kecenderungan, praktek atau peraturan hukum yang menyatakan bahwa Nagorno-Karabakh akan berada di luar tanah Azerbaijan. Dalam hal ini, jika kita melihat ke belakang, kita melihat bahwa Nagorno-Karabakh adalah tanah milik Azerbaijan secara historis,” tegasnya.
Mustafa Sentop menekankan bahwa situasi dan pembenaran yang sama juga aktual dari perspektif hukum karena empat resolusi Dewan Keamanan PBB menyebut Armenia sebagai penyerbu di wilayah Azerbaijan.
“Perundingan yang selalu berlangsung selama 30 tahun itu belum juga selesai,” tukasnya,
Ia menambahkan bahwa hasil itu dicapai ketika “kekuatan Azerbaijan” diperlihatkan.
“Saya ingin menyampaikan bahwa langkah-langkah yang menyelesaikan masalah dan berkontribusi pada perdamaian dunia sangatlah berharga,” pungkas Sentop.
“Turki dengan gaya diplomatiknya di banyak kawasan telah menunjukkan dengan jelas bahwa sudah berupaya untuk berkontribusi pada perdamaian,” tandasnya.[AA]