(IslamToday ID) – Militer Myanmar dilaporkan menurunkan tank-tank lapis baja pada malam hari di kota-kota seperti Yangon, Myiiykyina, dan Sittwe pada hari Ahad (13/2/2021) waktu setempat. Seperti diketahui demonstrasi masih berlanjut di negara itu meski sudah memasuki hari kesembilan.
Melansir Reuters, ini merupakan mobilisasi militer pertama di negara itu pasca kudeta 1 Februari. Setelah kepungan militer tengah malam, penduduk Myanmar melaporkan gangguan internet dan telekomunikasi yang tidak bisa diakses sejak Senin (14/2/2021) dini hari.
Tentara juga dikabarkan mengepung bandara internasional di Yangon pada malam hari. Seorang pilot yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan militer “menyerang” karena mogok yang dilakukan ratusan staf di departemen penerbangan sejak Kamis.
Sebelumnya 8 Februari lalu, banyak staf Departemen Penerbangan Sipil mogok kerja. Ini menyebabkan penundaan penerbangan internasional.
Akibatnya empat pengawas lalu lintas udara ditahan dan sejak saat itu tidak diketahui kabarnya. Kereta di beberapa bagian Myanmar juga berhenti beroperasi setelah pekerja menolak untuk pergi.
Militer juga disebut mengerahkan tentara ke sebuah pembangkit listrik di kota Kachin, wilayah Myitkyina. Pekerja pembangkit listrik dikabarkan berunjuk rasa dan menghalau tentara yang mereka asumsikan ingin memutus aliran listrik di pembangkit itu.
Militer disebut ingin menghalau aksi protes massal yang diinisiasi lewat sosial media. Dalam sebuah video, bahkan diperlihatkan militer menembaki massa untuk membubarkan pengunjuk rasa, meskipun tidak jelas apakah mereka menggunakan peluru karet atau tajam.
Junta militer pun telah memerintah seluruh warga yang mogok untuk bekerja kembali atau mereka akan bertindak. Penangkapan massal dilaporkan terjadi setiap malam, di mana Sabtu lalu militer diberi kuasa besar untuk menahan dan menggeledah properti pribadi mereka yang dianggap membelot.
Sejumlah negara meminta militer dan pihak keamanan menahan diri. “Menahan diri dari kekerasan terhadap demonstran dan warga sipil yang memprotes penggulingan pemerintah yang sah,” tegas Eropa, Inggris, Kanada, dan 11 negara lain dalam sebuah pernyataan.
Gerakan malam hari militer ini membuat kedutaan AS juga mendesak warga Amerika Serikat berlindung di kota-kota negara, terutama Yangon. Gangguan telekomunikasi mungkin akan terjadi antara pukul 01.00 hingga 09.00 pagi.
“Penghentian internet di #Myanmar sekarang berlaku lagi di semua operator besar, dilaporkan sampai pukul 09.00,” kata Manajer Kebijakan Produk untuk HAM dan Kebebasan Berekspresi Facebook, Alex Warofka, dalam sebuah postingan di Twitter setelah internet di Myanmar mati.
“Semoga semua orang tetap aman malam ini di tengah laporan kegiatan militer yang sangat mengkhawatirkan.” [wip]