(IslamToday ID) – Swiss akan menggelar referendum tentang cadar pada 7 Maret 2021. Tindakan tersebut merupakan reaksi atas Islamofobia yang menjadi masalah dan kian berkembang di Eropa belakangan ini. Islamofobia bisa menyebabkan kerugian bagi komunitas muslim di Eropa.
Partai Rakyat Swiss (SVP) sayap kanan membuat kampanye untuk melarang penutup wajah dikenakan di tempat umum. Jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Swiss mendukung pelarangan cadar yang dikenakan beberapa muslimah.
“Di Swiss tradisi kami adalah menunjukkan wajah Anda. Itu adalah tanda kebebasan dasar kami,” kata anggota Parlemen SVP sekaligus Ketua Komite Referendum, Walter Wobmann.
Ia menyebut pemungutan suara itu tidak menentang Islam. Menurutnya, penutup wajah adalah simbol dari Islam politik yang ekstrem dan semakin menonjol di Eropa. Fenomena ini tidak memiliki tempat di Swiss.
Perancis melarang penggunaan kerudung seluruh wajah di depan umum pada 2011. Denmark, Austria, Belanda, dan Bulgaria memiliki larangan penuh atau sebagian untuk mengenakan penutup wajah di depan umum.
Tidak ada seorang pun di Swiss yang mengenakan burqa. Jumlah muslim 5,2 persen dari populasi Swiss yang berjumlah 8,6 juta orang yang sebagian besar berasal dari Turki, Bosnia, dan Kosovo.
Mengutip dari Daily Sabah, Jumat (5/3/2021), muslim Swiss menyatakan partai-partai sayap kanan menggunakan pemungutan suara untuk mengumpulkan pendukung untuk menjelekkan muslim. Bagi mereka, tindakan ini dapat memicu perpecahan yang lebih luas.
Salah seorang muslimah Swiss, Rifa’at Lenzin (67) mengatakan dirinya sangat menentang larangan niqab. Tindakan tersebut tidak menyelesaikan masalah yang ada. Lenzin menyebut muslim di Swiss telah hidup dengan baik.
“Mengubah konstitusi untuk memberi tahu orang apa yang mereka bisa dan tidak bisa pakai adalah ide yang sangat buruk. Ini Swiss, bukan Arab Saudi,” kata Lenzin.
“Kami muslim, tapi kami warga Swiss yang tumbuh di sini. Pemungutan suara ini rasialis dan Islamofobia,” tambahnya.
Sementara, banyak aktivis menyebut referendum tersebut sebagai tindakan rasis dan seksis karena memilih dan menargetkan wanita muslim hingga melanggar HAM. Niqab atau penutup wajah adalah bentuk praktik keagamaan yang dilakukan oleh beberapa wanita muslim.
Sebagian besar pemakai niqab di Swiss adalah turis yang datang ke negara Alpen itu untuk berlibur. Hal ini mendorong pemerintah Swiss pada Januari untuk mendesak pemilih menolak larangan tersebut.
“Sangat sedikit orang di Swiss yang memakai penutup wajah penuh. Perkiraan jumlah total pemakai niqab di Swiss berkisar antara 36 hingga 130 orang,” kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah Swiss mengaku menentang referendum atas dasar ekonomi. Sementara, para aktivis berpendapat bahwa ini lebih tentang Islamofobia dan mengendalikan perempuan di ruang publik.
“(Itu) seksis, karena di satu sisi, kami ingin mengontrol tubuh perempuan dan di sisi lain kami mengingkari kapasitas mereka untuk menentukan nasib sendiri. (Itu) rasis karena menstigmatisasi muslim di Swiss,” kata Meriam Mastour, pengacara dan anggota Les Foulards Violets, sebuah komunitas feminis muslim di Swiss yang telah berkampanye menentang larangan tersebut. [wip]