(IslamToday ID) – Siapa sangka pemenggalan mengerikan yang dialami guru sejarah di Perancis, Samuel Paty (47), tahun lalu dipicu oleh cerita palsu atau hoaks dari siswinya yang berusia 13 tahun.
Siswi yang oleh media setempat diidentifikasi dengan inisial Z, awalnya memberi tahu ayahnya bahwa Paty telah meminta para pelajar muslim untuk meninggalkan kelas sebelum guru itu menunjukkan kartun Nabi Muhammad yang dianggap sangat tabu dan menyinggung umat Islam.
Siswi nakal ini diketahui sebagai pelajar pembolos. Ia ingin mencegah ayahnya mengetahui kenakalannya di sekolah. Ia pun mengklaim bahwa telah diskors setelah melawan Paty dan membela para pelajar muslim di kelasnya.
Setelah mendengar cerita itu, ayahnya yang marah, Brahim Chnina (48), kelahiran Maroko, berbagi video di Facebook di mana ia mencela Paty dan memintanya untuk dipecat dari sekolah menengah di Conflans-Sainte-Honorine. Video kedua yang sama marahnya diposting di media sosial yang menuduh Paty melakukan diskriminasi.
Chnina mengadu ke sekolah dan polisi, mengklaim Paty bersalah karena menyebarkan gambar porno dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah.
10 Hari kemudian, masalah itu menggelinding di media sosial dan sampai pada Abdullakh Anzorov (18), seorang migran Chechnya yang tinggal di Normandia dan menjelajahi internet untuk suatu tujuan.
Pada 16 Oktober, Anzorov melakukan perjalanan ke Conflans-Sainte-Honorine, membayar dua remaja dari sekolah tersebut untuk mengidentifikasi Paty saat dia akan pulang ke rumah pada Jumat malam dan memenggalnya. Anzorov dibunuh oleh polisi tak lama setelah beraksi.
Belakangan diketahui bahwa seluruh cerita Z adalah tipuan dan, pada kenyataannya siswi Perancis itu diskors sehari sebelumnya karena absen atau membolos berulang kali. Fakta ini diungkap di surat kabar Le Parisien yang dilansir The Guardian kemarin.
Z telah mengaku kepada hakim pengadilan anti-teror bahwa ia sebenarnya tidak berada di kelas ketika Paty mempertontonkan kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan majalah satire Charlie Hebdo.
“Dia berbohong karena merasa terjebak dalam spiral karena teman-teman sekelasnya memintanya menjadi juru bicara,” kata pengacaranya, Mbeko Tabula kepada Agence France-Presse.
“Dia tidak akan berani mengakui kepada ayahnya alasan sebenarnya dia dikeluarkan sesaat sebelum tragedi itu, yang sebenarnya terkait dengan perilakunya yang buruk,” tulis Le Parisien.
Gadis itu dituduh memfitnah dan ayahnya ditangkap karena terlibat dalam pembunuhan itu.
Sebelum membuat pengakuan yang sebenarnya, Z tetap berpegang pada cerita palsunya sampai polisi memberi tahu ia bahwa beberapa teman sekelasnya telah mengkonfirmasi bahwa ia tidak hadir untuk pelajaran dan bahwa Paty tidak menginstruksikan siswa muslim untuk meninggalkan kelas seperti yang ia klaim.
Para penyelidik dilaporkan mengatakan Z menderita “kompleks rendah diri” dan mengabdi pada ayahnya.
Pengacara Mbeko Tabula menegaskan tragedi itu tidak boleh jatuh di pundak kliennya yang baru berumur 13 tahun.
“Itu adalah perilaku ayah yang berlebihan, membuat dan memposting video yang memberatkan Profesor (Paty), yang menyebabkan spiral ini,” kata Tabula kepada Parisien.
“Klien saya berbohong, tetapi meskipun itu benar, reaksi ayahnya masih tidak proporsional.”
Chnina yang sedang diselidiki karena terlibat dalam pembunuhan itu mengatakan kepada polisi bahwa ia telah “bodoh, bodoh”.
“Saya tidak pernah mengira pesan saya akan dilihat oleh teroris. Saya tidak ingin menyakiti siapa pun dengan pesan itu. Sulit membayangkan bagaimana kita sampai di sini, bahwa kita kehilangan seorang profesor sejarah dan semua orang menyalahkan saya.”
Keluarga Paty hancur, publik Perancis mengalami trauma, dan Z serta ayahnya menghadapi tuntutan pidana. Dua remaja lainnya yang mengambil uang dari si pembunuh, Abdullakh Anzorov, juga sedang diselidiki. [wip]