ISLAMTODAY ID — Terusan Suez hingga kini dilaporkan masih ditutup. Hingga Kamis (25/3/2021) waktu setempat, Otoritas Terusan Suez (SCA) mengatakan delapan kapal tunda sedang bekerja untuk memindahkan kapal, yang terjebak secara diagonal melintasi bentangan selatan kanal satu jalur.
Kapal terdampar sejak Selasa (23/3) pagi di tengah angin kencang dan badai debu.
Misi penyelamatan kapal Ever Given ini, diyakini akan memakan waktu beberapa pekan. Tentu ini menimbulkan banyak kerugian.
Data terbaru perusahaan berita Lloyd’s List memaparkan insiden kapal bisa menahan sekitar US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun (asumsi Rp 14.000/US$) per jam dalam perdagangan. Angka ini berdasarkan perkiraan nilai barang yang dipindahkan melalui Suez setiap hari.
Lloyd’s List menilai lalu lintas ke arah barat di kanal itu kira-kira US$ 5,1 miliar (Rp 73,7 triliun) per hari. Lalu lintas ke arah timur sekitar US$ 4,5 miliar (Rp 65 triliun) per hari.
Sementara itu, Wakil Presiden National Retail Federation, Jon Gold, mengatakan penyumbatan tersebut akan semakin menekankan rantai pasokan yang sudah tegang. Sebelumnya pembatasan karena pandemi corona (Covid-19) membuat masalah besar di sektor ini.
“Setiap hari kapal tetap terjepit di kanal menambah penundaan arus kargo normal,” katanya, dilansir dari CNBC International.
Gold menambahkan bahwa anggota kelompok perdagangan secara aktif bekerja dengan operator untuk memantau situasi. Mereka tengah menentukan strategi mitigasi.
“Banyak perusahaan terus berjuang mengatasi kemacetan rantai pasokan dan penundaan akibat pandemi. Tidak ada keraguan bahwa penundaan akan mempengaruhi rantai pasokan dan menyebabkan tantangan tambahan,” lanjutnya.
Terusan Suez, yang memisahkan Afrika dari Asia, adalah salah satu rute perdagangan tersibuk di dunia. Sekitar 12% dari total perdagangan global yang melewatinya.
Ekspor energi seperti gas alam cair, minyak mentah, dan minyak sulingan mencapai 5% hingga 10% dari pengiriman global. Lalu lintas lainnya sebagian besar merupakan produk konsumen mulai dari lubang api hingga pakaian, furnitur, manufaktur, suku cadang mobil, dan peralatan olahraga.
Sumber: CNBC