ISLAMTODAY ID—Pekan lalu, sebuah kapal angkatan laut Australia bergabung dengan AS, Prancis, dan Jepang di Laut China Timur untuk latihan militer bersama pertama kalinya antara empat negara.
Latihan ini bertajuk Latihan Jeanne d’Arc 21.
Pakar China dianggap “propagandis” oleh tabloid Daily Mail Inggris setelah mengatakan bahwa militer Australia “terlalu lemah untuk menjadi lawan yang layak bagi China.”
Jepang, Prancis, Australia, dan AS mengadakan latihan militer antara tanggal 11 dan 17 Mei di barat daya Jepang, seperti dilansir dari Sputniknews, Senin (23/5).
Latihan ini mempraktikkan pertahanan antipesawat, latihan darat dan laut, serta peperangan kota.
Berbicara kepada outlet media milik pemerintah China, Global Times setelah peluncuran operasi tersebut, seorang ahli urusan militer, Song Zhongping, mengatakan bahwa latihan tersebut “tidak akan menjadi ancaman bagi China, karena hanya disatukan.”
Juru bicara China menambahkan bahwa pasukan Australia akan menjadi di antara “yang pertama terkena serangan” jika Canberra memutuskan untuk ikut campur dalam konflik dengan Beijing atas Selat Taiwan.
“Australia tidak boleh berpikir dia bisa bersembunyi dari China jika itu memprovokasi,” ungkap Song mengisyaratkan.
“Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) bahkan tidak perlu membuat tanggapan tajam terhadap latihan bersama karena itu tidak signifikan secara militer,” tambah artikel itu yang mengutip analis yang tidak disebutkan namanya.
Pengamat lain telah menunjuk ke surat kabar itu bahwa Australia “berada dalam jangkauan rudal balistik jarak menengah DF-26 yang dilengkapi hulu ledak konvensional.”
Analisis tersebut dijelaskan oleh wartawan Daily Mail sebagai “pesan mengerikan di corong Partai Komunis” karena mereka memperingatkan tentang “negara otoriter” yang menjadi “semakin agresif di wilayah sengketa.”
Ini terjadi saat kapal induk HMS Queen Elizabeth dari Inggris menuju wilayah India-Pasifik untuk penyebaran operasional selama 28 minggu sebagai “tanggapan” atas kehadiran China yang semakin meningkat.
Kapal yang membawa 8 jet tempur siluman RAF F-35B dan didampingi oleh 6 kapal Royal Navy, 14 helikopter dan satu kapal selam itu akan mengunjungi setidaknya 40 negara, termasuk Jepang dan India.
Kelompok tugas juga diharapkan untuk mengambil bagian dalam perayaan 50 tahun Perjanjian Pertahanan Lima Kekuatan (FPDA) dengan Australia, Selandia Baru, Malaysia, dan Singapura.
Hubungan China-Australia telah tegang selama dua tahun terakhir meskipun ada volume perdagangan besar-besaran antara kedua negara tersebut.
Hubungan meningkat menyusul tuduhan Canberra atas serangan dunia maya terhadap parlemen Australia yang diduga berasal dari China.
Ia juga meminta Beijing untuk lebih transparan tentang pandemi COVID global dan menuntut penyelidikan independen atas masalah tersebut.
Langkah Australia tersebut menurut Beijing merupakan sesuatu yang akan berkontribusi pada tumbuhnya sentimen anti-Asia.
(Resa/Sputniknews/Global Times/Daily Mail)