ISLAMTODAY ID—Minggu ini Suriah yang dilanda perang melakukan pemungutan suara pada pemilihan umum.
Sementara itu, kemenangan besar diperoleh bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Hasil ini mengantarkan masa jabatannya yang keempat setelah dia berkuasa pada tahun 2000.
Lebih lanjut, dia menggantikan posisi ayahnya (Hafez) yang telah meninggal yang merupakan penguasa Baath pertama di Republik Arab Suriah sejak tahun 1971.
Hasilnya diumumkan dari Damaskus Kamis (27/5) pagi (waktu setempat).
Langkah ini menjadikannya resmi bahwa akan memerintah Suriah setidaknya hingga 2028.
Assad menerima 95% suara dalam pemilihan yang secara luas dikecam sebagai tipuan dan ‘tidak sah’ oleh para pemimpin Barat, serta kelompok jihadis anti-Assad yang menguasai kota Idlib.
Bashar al-Assad dan istrinya Asma memberikan suara mereka di Douma – lokasi yang sangat simbolis, sepertI dikutip melalui Reuters.
Dari 18 juta pemilih yang memenuhi syarat (di wilayah pemerintahan), lebih dari 14 juta berpartisipasi (78% partisipasi menurut angka pemerintah Suriah).
Sementara negara Suriah mendesak partisipasi lebih dari lima juta pengungsi yang saat ini berada di luar negeri, tampaknya ini hanya terjadi dalam skala signifikan di negara tetangga Lebanon.
Bersamaan dengan kelompok-kelompok pemberontak bersenjata yang jelas-jelas memboikot pemilihan tersebut, daerah Kurdi yang didukung AS di timur laut kaya minyak yang masih di bawah pendudukan pasukan Amerika juga melarang pemilihan tersebut.
Semalam setelah hasil pemilu diumumkan, perayaan pecah di Damaskus dan kota-kota lain dengan dukungan loyalis yang kuat seperti Tartus.
Perayaan dilakukan dengan kembang api yang terlihat di atas ibu kota Suriah dan senjata ditembakkan ke udara.
Sementara itu, sebuah komentar dan laporan yang paling menarik datang dari seorang jurnalis AFP selama pemilihan Suriah:
Bashar al-Assad dari Suriah mengatakan kritik Barat terhadap pemilihan presiden Rabu (26/5) memiliki “nilai nol” saat ia memberikan suara di pinggiran kota Damaskus.
Mengomentari kritik AS dan Uni Eropa yang mencap pemungutan suara “tidak bebas atau adil,” Assad mengatakan: “Pendapat Anda tidak memiliki nilai”, seorang wartawan AFP melaporkan.
AS dan UE pada Selasa (25/5) mengeluarkan pernyataan bersama yang mengatakan, “Pemilu curang ini tidak mewakili kemajuan apa pun menuju penyelesaian politik.”
Untuk diketahui, kemenangan Assad sangat diharapkan pada proses pemungutan suara sekali dalam tujuh tahun tersebut.
Meskipun dalam konteks perang yang berkecamuk sejak tahun 2011 pada dasarnya telah menjadi momen di mana warga Suriah di wilayah pemerintahan (sekarang mayoritas negara) turun ke jalan secara massal untuk menunjukkan dukungan untuk negara.
Lebih lanjut, warga pro pemerintah Assad lakukan “pembangkangan” mereka terhadap upaya perubahan rezim yang didukung Barat yang berusaha untuk menggulingkan Assad.
(Resa/Reuters/ZeroHedge)