ISLAMTODAY ID–Perusahaan pertahanan dan teknologi Lockheed Martin mengonfirmasi bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak akan menghalangi kemungkinan Indonesia memperoleh jet tempur F-16 versi terbaru dan sistem persenjataan canggihnya.
“Angkatan Udara Indonesia telah mengoperasikan F-16 selama beberapa dekade dan pengadaan jet multi-peran lainnya akan jauh lebih hemat biaya untuk program pertahanan jangka panjang negara,” ungkap Mike Kelley, direktur pengembangan bisnis Lockheed Martin, seperti dilansir The Jakarta Globe, Sabtu (29/5).
Lockheed Martin menawarkan jet F-16 Block 72 kepada Indonesia.
Jet tersebut merupakan versi terbaru dari F-16 dengan “teknologi mutakhir dalam konfigurasi F-16 tercanggih di pasaran saat ini”.
“Jika Indonesia memilih pesawat selain F-16, akan jauh lebih mahal untuk membangun ekosistem baru tersebut untuk mendukung platform lain, mulai dari infrastruktur di darat, hingga pelatihan pilot dan kru pemeliharaan,” ujar Kelley dalam wawancara dengan sejumlah media di Indonesia termasuk The Jakarta Globe.
“Dengan F-16, infrastruktur dan pengetahuan itu sudah ada. Ini menghemat biaya yang signifikan serta waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat. ”
Dia mengatakan, pemerintah AS tetap menjadi pengambil keputusan dalam ekspor senjata dan dalam hal ini Indonesia telah diberi lampu hijau.
“Indonesia telah disetujui oleh pemerintah AS untuk menerima semua kemampuan dan senjata Block 72 canggih yang diminta oleh TNI, termasuk radar AESA canggih,” ujarnya.
Kelley menambahkan bahwa Lockheed Martin bukan bagian dari proses pengambilan keputusan itu.
Menurut situs web Lockheed Martin, Radar Active Electronically Scan Array (AESA) adalah rangkaian infus teknologi avionik termasuk komputer misi dan prosesor layar, layar resolusi tinggi 6×8 berformat besar, sistem peperangan elektronik internal, jaringan data bervolume tinggi dan berkecepatan tinggi dan gabungan tautan data yang canggih.
“Proses Foreign Military Sales, atau yang mungkin Anda dengar disebut sebagai proses” FMS “, adalah program pemerintah AS untuk membuat keputusan tersebut, serta kontrak aktual dan transfer produk dan program pertahanan,” ungkap Kelley.
“Pada dasarnya, ini berarti bahwa mitra internasional memiliki kontrak dengan pemerintah AS untuk pengadaan pertahanannya, dan selanjutnya pemerintah AS akan menangani kontrak tersebut dengan Lockheed Martin. Ini memastikan proses yang sangat transparan yang dengan jelas mendefinisikan semua aspek program dan kemitraan, ”tambahnya.
Lars Hubert, pilot veteran F-16, mengatakan keuntungan utama yang dimiliki F-16 Block 72 adalah keakraban bagi pilot Indonesia.
“Apa manfaatnya bagi pilot Indonesia? Transisinya akan lebih cepat dan tentunya lebih efisien, ”ujar Hubert.
Setelah menerbangkan F-16 selama hampir 25 tahun karirnya dengan Angkatan Udara AS, Hubert mengatakan pada dasarnya ada lebih dari 200 peningkatan yang dia lihat di pesawat ini dalam beberapa tahun terakhir.
“Radar AESA memberikan kemampuan luar biasa, melihat target pada jarak lebih jauh. Dan saya bisa mendapatkan kualitas lintasan dari setiap deteksi itu, yang lebih tepat, ”ujar Hubert yang biasa dipanggil Yeti saat di udara.
Indonesia memiliki sekitar 30 jet F-16, semuanya diproduksi pada tahun 1980-an.
Pada Oktober 2019, Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Yuyu Sutisna mengatakan pemerintah mempertimbangkan pengadaan “dua skuadron” F-16 Block 72 tetapi rencana tersebut belum terwujud hampir dua tahun setelah sambutannya.
Indonesia juga mengoperasikan sejumlah jet Sukhoi Rusia.
(Resa/The Jakarta Globe)