ISLAMTODAY ID—Pihak berwenang Tunisia menangkap seorang blogger terkemuka pada hari Senin (31/5) atas tuduhan menghina Presiden Kais Saied.
Salim al-Jabali, yang menjalankan halaman Facebook populer bernama “the minister of hypertension and diabetes” ditahan pada hari Senin (31/5) setelah pengaduan diajukan oleh kepresidenan Tunisia, Nessma TV melaporkan .
Al Masdar Tunis melaporkan bahwa Jabali akan menghadapi dakwaan di depan pengadilan militer.
“Salim Jabali, menteri halam Facebook hipertensi diabetes, tidak merampok atau menculik atau bahkan mengutuk siapa pun … Dia dituduh mengkritik Yang Mulia pemimpin dan [penasihat presiden] Nadia Akacha, sehingga dia akan berada di depan pengadilan militer setelah dia ditahan hari ini,” ungkap halaman itu dalam sebuah posting yang mengkonfirmasi penangkapan Jabali pada hari Senin (31/5).
Dalam sambutan selanjutnya, administrator halaman mengkritik militer Tunisia karena keterlibatannya dalam menuntut Jabali.
“Bagaimana institusi militer membiarkan dirinya digunakan sebagai tongkat tebal oleh presiden untuk menakut-nakuti rakyat,” tulis salah satu postingan, seperti dilansir dari MEE, Selasa (1/6).
Partai politik terbesar Tunisia, Ennahda mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya menentang penangkapan blogger dan rujukan mereka ke pengadilan militer.
Untuk diketahui, Ennahda telah berselisih dengan Saied sejak ia menjabat pada akhir tahun 2019.
Pembatasan Kebebasan Berbicara
Transisi Tunisia menuju demokrasi sering dipuji sebagai satu-satunya kisah sukses pemberontakan Musim Semi Arab 2011 melawan otokrat di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Namun, pembatasan kebebasan berbicara dan penangkapan terhadap aktivis dan blogger terus berlanjut.
Hal ini terjadi hampir satu dekade setelah pemberontakan rakyat menggulingkan presiden lama Zine El Abidine Ben Ali.
Tahun lalu, Amnesty International memperingatkan bahwa kebebasan berekspresi di Tunisia berada dalam bahaya karena meningkatnya penuntutan orang atas postingan media sosial.
Mereka mencatat bahwa setidaknya 40 blogger telah ditahan antara tahun 2018 dan tahun 2020.
“Sangat mengganggu melihat blogger dan aktivis menjadi sasaran tuntutan pidana berdasarkan undang-undang yang berasal dari masa penindasan di Tunisia sepuluh tahun setelah revolusi, karena hanya memposting pandangan mereka di Facebook,” ujar Amna Guellali dari Amnesti dalam sebuah pernyataan.
“Alih-alih mencoba meredam kritik, pihak berwenang Tunisia harus menjunjung tinggi hak setiap orang untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas dan aman tanpa rasa takut akan pembalasan.”
Saied, mantan profesor hukum dengan pengalaman politik minimal sebelum mencalonkan diri sebagai presiden, terpilih pada tahun 2019, menggantikan Beji Caid Essebsi yang meninggal saat menjabat tahun itu.
Bulan lalu, MEE mengungkapkan dokumen rahasia yang ditujukan kepada Akacha yang menguraikan rencana potensial bagi Saied untuk mengatur kudeta dalam memusatkan kekuasaan dan mendeklarasikan “kediktatoran konstitusional” di tengah krisis ekonomi yang memburuk.
Pekan lalu, Saied mengkonfirmasi keaslian dokumen tersebut tetapi menekankan bahwa dia hanya menerimanya, dan dia tidak mendukungnya atau tidak terlibat di dalamnya.
(Resa/MEE)