ISLAMTODAY ID—Polisi Israel menembak dan membunuh seorang warga Palestina yang tidak bersenjata di Tepi Barat yang diduduki yang tidak menimbulkan ancaman bagi mereka, sebuah kelompok hak asasi Israel melaporkan pada hari Rabu(23/6), mengutip rekaman kamera keamanan yang baru dirilis.
Bulan lalu, Ahmed Abdu sedang duduk di mobilnya di kota Palestina Um a-Sharayet, dekat kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki, ketika polisi Israel memblokir kendaraannya.
Empat petugas kemudian keluar dari mobil mereka dan melepaskan tembakan ke mobil Abdu.
Polisi Israel mengklaim bahwa Abdu, yang diparkir di luar rumah pamannya, terbunuh dalam “percobaan penangkapan”.
Namun menurut rekaman – dirilis oleh kelompok hak asasi B’Tselem – tidak ada upaya polisi Israel untuk menangkap pria berusia 25 tahun itu.
B’Tselem melaporkan bahwa petugas Israel tidak memberikan pertolongan pertama dan tidak memanggil ambulans setelah menembak Abdu.
Tanda-tanda di tubuhnya juga menunjukkan bahwa dia diseret beberapa meter dan ditembak di bahu dan sisi kiri dada dan kakinya, menurut LSM tersebut.
Sementara itu, Middle East Eye belum dapat menguatkan klaim mereka.
Pembunuhan Yang Ditargetkan
Saksi mata mengatakan kepada B’Tselem bahwa Abdu “masih hidup” setelah polisi Israel menembaknya, tetapi mereka tidak menawarkan bantuan.
“Tiga atau empat tentara berdiri di sekelilingnya, dan mereka bergerak di antara mobil dan kendaraan mereka,” ujar Wahib Majadabha, seorang perawat berusia 33 tahun, kepada B’Tselem, seperti dilansir dari MEE, Rabu (23/6).
Dia menambahkan bahwa mereka meninggalkannya di tanah saat dia kehabisan darah.
“Saya langsung lari keluar… Dia menarik napas terakhir, menghembuskannya, bibirnya bergerak sedikit, lalu tubuhnya lemas. Dia berdarah dari daerah bahu,” ungkap Majadabha.
B’Tselem menggambarkan kematian Abdu sebagai “pembunuhan yang ditargetkan” oleh polisi Israel, dengan mengatakan: “melepaskan tembakan langsung ke seseorang yang duduk di mobilnya, bahkan tanpa berusaha menangkapnya, bukanlah upaya penangkapan”.
Polisi Israel menuduh bahwa Abdu adalah “kaki tangan teror” tetapi tidak memberikan penjelasan tentang bahaya apa yang ditimbulkan oleh pemuda Palestina itu.
Polisi Israel tidak menanggapi permintaan komentar pada saat penulisan.
Beberapa hari setelah kematian Abdu, badan keamanan Israel, juga dikenal sebagai Shin Bet, dilaporkan menelepon keluarganya untuk meminta maaf tetapi juga menuntut mereka menyerahkan paman Abdu karena diduga menembak tentara Israel selama demonstrasi di dekat kota al-Bireh, dekat kota Ramallah , B’Tselem melaporkan.
Berasal dari kamp pengungsi al-Am’ari di Tepi Barat, Abdu “bermimpi menikah dan memulai sebuah keluarga”, ujar pamannya Ayman Abu Arab.
“Dia adalah seorang pegawai di kotamadya al-Bireh, tetapi bayarannya terlalu rendah, jadi dia berhenti dan bekerja di toko roti milik orang tua tunangannya,” ungkap Abu Arab kepada B’Tselem.
“Dia selalu bertanya kepada saya apakah saya bisa memberinya lebih banyak pekerjaan karena dia ingin menyelesaikan apartemennya sesegera mungkin dan membuat semua persiapan untuk pernikahan. Tapi Israel menghancurkan mimpinya dan mencuri kebahagiaan tunangannya.”
Ketegangan telah meningkat di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki dalam beberapa bulan terakhir, atas serangan oleh pemukim Israel di Masjid al-Aqsa dan rencana pengusiran setidaknya 40 warga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah.
(Resa/MEE/B’Tselem)