ISLAMTODAY ID-Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un mencapai kesepakatan dalam beberapa pertukaran surat sejak April, ungkap kantor kepresidenan di Seoul.
Korea Utara dan Korea Selatan mengatakan mereka telah memulihkan komunikasi lintas batas.
Langkah ini telah berjalan lebih dari setahun setelah Pyongyang memutuskan semua hotline resmi antara kedua saingan, yang secara teknis tetap berperang.
Korea Utara secara sepihak memutuskan semua hubungan komunikasi militer dan politik resmi dengan Selatan pada Juni tahun lalu setelah ancaman terhadap aktivis yang mengirim selebaran anti-Pyongyang melintasi perbatasan.
Meskipun ada 3 pertemuan puncak antara Kim Jong-un Utara dan Presiden Selatan Moon Jae-in pada tahun 2018, tetapi hubungan antar-Korea terhenti pada tahun lalu.
Namun dalam pengumuman yang mengejutkan, kedua belah pihak mengatakan semua jalur komunikasi dipulihkan pada Selasa (26/7) pagi.
“Menurut kesepakatan yang dibuat antara para pemimpin puncak, utara dan selatan mengambil tindakan untuk mengoperasikan kembali semua jalur penghubung komunikasi antar-Korea mulai pukul 10:00 [01.00 GMT] pada 27 Juli,” ungkap kantor berita resmi Korea Utara KCNA, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (26/7).
Upaya Saling Percaya
Menurut kantor Moon, para kedua pemimpin Korea telah bertukar surat pribadi sejak April yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan memulihkan hotline sebagai langkah pertama.
“Kedua pemimpin juga sepakat untuk memulihkan rasa saling percaya antara kedua Korea sesegera mungkin dan melanjutkan hubungan lagi,” tambahnya.
Presiden Korea Selatan yang dovish (penurut) ini dipuji karena menjadi perantara pertemuan puncak pertama antara Korea Utara dan presiden AS yang sedang bertugas di Singapura pada Juni tahun 2018.
Tetapi Pyongyang sebagian besar memutuskan kontak dengan Seoul setelah runtuhnya pertemuan puncak kedua antara Kim dan presiden AS saat itu Donald Trump di Hanoi yang membuat pembicaraan nuklir terhenti.
Sejak it, Kim mengancam akan meningkatkan persenjataan nuklirnya dan membuat senjata yang lebih canggih kecuali Amerika mencabut kebijakan yang dianggap bermusuhan oleh Korea Utara—yang diyakini merujuk pada sanksi lama yang dipimpin AS.
(Resa/TRTWorld/KCNA)