ISLAMTODAY ID-Kunjungan Menlu Israel Yair Lapid ke Maroko adalah yang pertama sejak tahun 2003.
Selain itu, kunjungan ini juga menjadi pertemuan pertama di Maroko sejak “Abraham Accords” yang ditengahi AS dengan empat negara Arab: UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko.
Para menteri luar negeri Maroko dan Israel telah menandatangani tiga kesepakatan selama kunjungan pertama oleh seorang pejabat tinggi dari Israel sejak hubungan dinormalisasi tahun lalu.
Nasser Bourita dan mitranya dari Israel Yair Lapid menandatangani perjanjian tentang konsultasi politik, penerbangan dan budaya pada hari Rabu (11/8).
Lapid mengatakan kepada wartawan bahwa perjanjian itu akan “membawa inovasi dan peluang negara kita untuk kepentingan anak-anak kita -– dan anak-anak mereka -– untuk tahun-tahun mendatang”.
Untuk diektahui, Israel dan Maroko mencapai kesepakatan tahun lalu setelah presiden AS saat itu Donald Trump mengakui kedaulatan Maroko yang diperebutkan di Sahara Barat.
“Hari ini, kita memulihkan perdamaian, memulihkan persahabatan,” ujar Lapid, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (12/8).
Hancurnya Konsensus Arab Lama
Maroko adalah negara Arab keempat yang menjalin hubungan dengan Israel tahun lalu setelah Uni Emirat Arab, Bahrain dan Sudan.
Langkah itu membuat marah orang-orang Palestina, karena menghancurkan konsensus Arab yang sudah lama ada mengenai tidak boleh adanya normalisasi sampai Israel menyetujui perdamaian yang komprehensif dan abadi.
Bourita mengatakan bahwa selama pembicaraannya dengan Lapid, situasi di Israel dan Wilayah Palestina yang diduduki diangkat.
“Raja Mohammed VI menegaskan perlunya memecahkan kebuntuan saat ini dan melanjutkan negosiasi, sebagai satu-satunya cara untuk mencapai solusi berdasarkan dua negara yang hidup berdampingan di perbatasan 1967,” ujar Bourita.
Raja telah meyakinkan Presiden Palestina Mahmud Abbas setelah normalisasi hubungan bahwa Maroko akan terus mendukung perjuangan Palestina.
“Sangat mendesak bahwa langkah-langkah diambil hari ini untuk memulihkan kepercayaan dan menjaga ketenangan, untuk membuka cakrawala politik bagi konflik Israel-Palestina,” ungkap Bourita.
Lapid mengatakan dia lebih suka fokus pada normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.
“Sesuatu sedang terjadi di wilayah ini,” katanya.
Sementara itu, pada hari Kamis (11/8), Lapid secara resmi akan membuka perwakilan diplomatik Israel di ibu kota Rabat.
Langkah besar
Kedutaan Amerika di Rabat menyebut kunjungan Lapid sebagai “langkah besar”, dalam sebuah pesan di Twitter.
“Memperkuat hubungan ini akan menciptakan peluang baru bagi perdamaian dan kemakmuran untuk berkembang di kawasan ini,” tambah kedutaan.
Ini mencantumkan “manfaat nyata” yang dibuat termasuk penerbangan komersial langsung, kerja sama ekonomi, dan pembukaan kantor penghubung.
Sebelum pertemuan Bourita-Lapid, delegasi Israel mengunjungi makam kerajaan, di mana raja Hassan II dan Mohammed V dimakamkan.
Lapid juga diperkirakan akan mengunjungi sinagoge Beth-El di Casablanca dalam kunjungan dua harinya, kata Kementerian Luar Negeri Israel.
“Bangga mewakili Israel selama kunjungan bersejarah ini,” tulis Lapid di Twitter, tepat setelah penerbangannya yang dioperasikan oleh maskapai nasional Israel El Al mendarat.
Kunjungannya dilakukan sedikit lebih dari dua minggu setelah penerbangan langsung diluncurkan antara Israel dan Maroko.
Sejak itu, turis Israel pertama membanjiri magnet turis Maroko, Marrakesh, dan ke Casablanca.
Sebelum pandemi, antara 50.000 dan 70.000 turis Israel – terutama yang berasal dari Maroko – telah berkunjung setiap tahun, meskipun dengan transit melalui negara ketiga.
Komunitas Besar Yahudi
Negara Afrika Utara itu menampung komunitas Yahudi terbesar di dunia Arab yang berjumlah sekitar 3.000 orang.
Mereka adalah sisa-sisa komunitas yang dulunya jauh lebih besar.
Sekitar 700.000 orang Yahudi keturunan Maroko sekarang tinggal di Israel.
Maroko dan Israel mempertahankan kantor penghubung pada 1990-an, sebelum menutupnya selama intifada Palestina kedua, atau pemberontakan yang berkecamuk dari tahun 2000 hingga 2005.
Kunjungan Lapid ke Rabat mengikuti perjalanan bulan Juni ke Uni Emirat Arab, di mana ia meresmikan kedutaan baru Israel di Abu Dhabi.
Itu datang hanya beberapa hari sebelum Israel akan mewajibkan semua pelancong yang kembali dari Maroko untuk dikarantina menyusul tinjauan risiko infeksi Covid-19.
Lebih lanjut, Desember lalu Israel dan Maroko menandatangani perjanjian tentang air, penerbangan dan keuangan, ketika delegasi pejabat Israel tiba dengan penerbangan langsung pertama antara Rabat dan Tel Aviv.
Dan pada bulan Juli, kedua negara menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan siber di Rabat.
Perjalanan Lapid dilakukan setelah kelompok hak asasi bulan lalu menuduh Maroko menggunakan program spyware Israel Pegasus.
Rabat membantah keras laporan tersebut dan mengatakan pihaknya menggugat kelompok hak asasi manusia.
(Resa/TRTWorld)