ISLAMTODAY ID-Bloomberg melaporkan bahwa CIA sedang mempertimbangkan untuk mendirikan pusat misi baru yang berfokus pada China.
Langkah ini terjadi pada saat ketegangan terus meningkat selama berbulan-bulan melanjutkan pelayaran yang diperintahkan Biden di Selat Taiwan dan manuver kapal perang ‘kebebasan navigasi’ provokatif lainnya di Selatan Laut Cina.
Selain itu, langkah itu juga muncul di tengah kritik bahwa China pada akhirnya “memata-matai” Amerika Serika, serta tuduhan intrusi dunia maya yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Direktur CIA Bill Burns telah memerintahkan peninjauan luas atas kemampuan badan tersebut di China.
Untuk diketahui, saat ini misi terkait China berada di bawah naungan “Pusat Misi untuk Asia Timur dan Pasifik” yang jauh lebih besar.
Namun, para pejabat mengalihkan pandangan mereka ke unit internal khusus dengan mandatnya sendiri untuk fokus China yang akan mencakup sumber daya yang lebih besar.
“Pusat misi adalah entitas yang berdiri sendiri yang memanfaatkan sumber daya dari seluruh CIA sesuai dengan prioritas agensi,” ujar Bloomberg, seperti dilansir dari ZeroHedge, Jumat (13/8).
Sementara itu, misi untuk China telah dibahas selama bertahun-tahun, tetapi direktur atau pemerintahan sebelumnya belum memiliki pendirian.
Hla ini terjadi karena kemungkinan besar kekhawatiran akan memicu eskalasi gaya Perang Dingin dan operasi rahasia tit-for-tat (pembalasan setara).
Sebuah pernyataan CIA mengkonfirmasi tinjauan kemampuan saat ini yang sedang berlangsung: “Seperti yang dikatakan direktur Burns, China adalah salah satu prioritasnya, dan CIA sedang dalam proses menentukan cara terbaik untuk memposisikan diri kami untuk mencerminkan pentingnya prioritas ini,” ugkap Urusan Publik CIA.
Pusat misi besar terakhir yang didirikan yaitu Pusat Misi Korea yang berada di bawah Trump pada tahun 2017 saat Gedung Putih mencoba menilai kemampuan nuklir utara dan bagaimana menghadapi Pyongyang.
Para pemimpin China yakin akan melihat ini sebagai eskalasi besar, dan kemungkinan akan mencerminkan upaya intelijen AS, terutama mengingat bulan lalu China menuduh CIA secara khusus meretas Beijing selama lebih dari satu dekade.
NPR pada saat itu merinci tuduhan tersebut, dengan menulis bahwa ”China telah menuduh Amerika Serikat melakukan serangan siber terhadap pemerintah China, ilmiah, penerbangan, dan lembaga teknis lainnya selama 11 tahun terakhir.”
Lebih lanjut laporan itu mencatat, “Penunjukan jari datang sehari setelah AS memasang tuduhan serupa terhadap China, saling lempar kesalahan yang mengancam akan membuat keretakan lain keamanan siber dalam hubungan AS-China yang sudah retak.”
Juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian pada saat itu mengatakan AS adalah agresor terbesar di dunia dalam hal serangan dunia maya dan spionase dunia maya.
Lebih lanjut, ia memperingatkan Washington untuk “berhenti menuangkan air kotor” dalam hal tuduhan munafiknya terhadap negara lain.
(Resa/ZeroHedge/Bloomberg)