ISLAMTODAY ID-Sekarang diketahui bahwa mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah meninggalkan negaranya pada hari Ahad (15/8) dan mengklaim aksinya akan “menghindari pertumpahan darah”.
Pada hari Senin (16/8) muncul melalui saksi mata kedutaan Rusia dan laporan bahwa Ghani telah memasukkan beberapa mobil dan helikopter yang penuh uang tunai pada saat keberangkatan.
Lebih lanjut, bahkan mereka meninggalkan sebagian uang di landasan bandara karena tidak semuanya dapat dibawa secara fisik.
Sekarang muncul laporan bahwa dia dan para pembantunya mungkin telah melarikan diri dengan membawa uang sebanyak USD169 juta, menurut pernyataan terbaru dari duta besar Afghanistan di Tajikistan, seperti yang dilaporkan di BBC.
Selanjutnya, Uni Emirat Arab kini mengonfirmasi bahwa dia muncul kembali di UEA.
“Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional UEA dapat mengkonfirmasi bahwa UEA telah menyambut Presiden Ashraf Ghani dan keluarganya ke negara itu dengan alasan kemanusiaan,” menurut pernyataan kementerian luar negeri pada hari Rabu (18/8), seperti dilansir dari ZeroHedge, Rabu (18/8).
Sejak dia melarikan diri hari Ahad (15/8), tidak ada kabar resmi tentang keberadaannya.
Meskipun sebelumnya ada spekulasi bahwa Tajikistan mungkin telah menolaknya masuk,dan mungkin mengalihkan Ghani ke Oman.
Ghani memiliki banyak pertanyaan untuk dijawab.
Untuk diketahui, dia tidak hanya menjarah pundi-pundi Afghanistan (dan pembayar pajak AS dengan ekstensi), tetapi pelariannya mungkin telah meruntuhkan kesepakatan transisi besar atau kemungkinan ‘pembagian kekuasaan’ yang sedang berjalan.
Bila kesepakatan transisi tersebut berhasil, mungkin dapat menghindari adegan mengerikan di bandara internasional Kabul pada hari Senin (16/8) yang mengakibatkan setidaknya tujuh kematian.
Bloomberg pada awal minggu melaporkan potensi kesepakatan yang sedang berlangsung di Doha:
“Di antara upaya itu adalah kesepakatan menggiurkan yang bisa menjamin ketenangan. Negosiator Afghanistan dan Taliban secara tentatif mencapai kesepakatan di mana semua pihak akan mendeklarasikan gencatan senjata dua minggu sebagai imbalan atas pengunduran diri Presiden Ashraf Ghani dan dimulainya pembicaraan tentang pembentukan pemerintahan transisi, menurut dua orang yang mengetahui masalah tersebut yang meminta untuk tidak disebutkan namanya,” ungkap laporan Bloomberg.
Tetapi upaya itu gagal segera setelah muncul laporan bahwa dia melarikan diri pada hari Ahad (15/8), menurut Bloomberg.
(Resa/ZeroHedge/Bloomberg)