ISLAMTODAY — Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono mendesak Amerika Serikat (AS) dan China serta negara ASEAN untuk menjaga stabilitas di kawasan khususnya Laut China Selatan.
Laksamana Yudo mengaku hal tersebut ia disampaikan saat bertemu Kepala Staf Angkatan Laut sejumlah negara terkait seperti China, AS dan juga ASEAN dalam forum internasional.
Untuk tetap menjaga stabilitas di kawasan, Yudo memastikan akan terus melakukan diplomasi melalui kerja sama berupa latihan bersama dengan kapal-kapal asing yang melintas.
KSAL Yudo Margono telah memerintahkan bawahannya menyiagakan empat Kapal Perang Indonesia (KRI) untuk melakukan patroli di wilayah Laut Natuna yang berbatasan dengan Laut China Selatan.
“Setiap saat melakukan patroli dan juga melaksanakan latihan dengan negara-negara yang melintas di sana,” ujar Yudo saat usai membuka Simposium Keamanan Maritim Internasional ke-4 yang digelar TNI AL pada Senin (23/8).
Menurut KSAL, diplomasi yang dilakukan selama ini bisa mengurangi ketegangan apabila terjadi konflik di kawasan.
KSAL yakin pimpinan Angkatan Laut negara lain berkomitmen untuk menjaga stabilitas di wilayah maritim seluruh dunia.
“Kita sudah sepakat dari awal untuk menjaga stabilitas lautan,” imbuhnya.
Sebelumnya, dikutip dari berbagai sumber, setelah Amerika Serikat mengirimkan kapal induknya USS Ronald Reagan pada Juli lalu ke Laut China Selatan, Inggris juga mengirimkan kapal induknya yakni HMS Queen Elizabeth di perairan Kawasan Asia Tenggara itu.
Dalam foto yang dirilis situs Angkatan Laut Amerika Serikat, sejumlah pesawat tempur F-35 milik AS itu tampak terlibat dalam operasi kapal induk milik Inggris tersebut.
Dalam keterangan resmi Kementerian Pertahanan AS pada 4 Agustus, Komandan Komando Indo-Pasifik John C. Aquilino mengatakan Militer AS akan terus melakukan operasi di Laut China Selatan menyusul sejumlah tindakan yang dilakukan China yang disebutnya mengkhawatirkan.
Selain Inggris dan Amerika Serikat, Jerman dan India juga mengirimkan kapal perangnya ke Laut China Selatan.
Kapal-kapal tersebut direncanakan bakal melakukan latihan bersama.
Menanggapi hal itu, Militer China juga memulai latihan militer di perairan yang disengketakan tersebut.
Dalam pernyataan oleh Kementerian Pertahanan China, Administrasi Keselamatan Maritim di Provinsi Hainan mengatakan masuknya kapal sipil ke dalam zona maritim tempat Tentara Pembebasan Rakyat mengadakan latihan militer dilarang sampai latihan berakhir.
China pun menuding negara di luar kawasan sebagai penyebab masalah di Laut China Selatan.
Sumber: Anadolu