ISLAMTODAY ID-Pertemuan tingkat tertinggi antara Palestina dan Israel terjadi beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih dengan agenda Biden menegaskan kembali dukungan untuk solusi dua negara.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, ungkap para pejabat.
Langkah itu adalah pertemuan tingkat tertinggi antara Abbas dan seorang menteri Israel yang diumumkan kepada publik sejak pemerintah baru Israel dibentuk pada Juni.
Keamanan dan Ekonomi
Gantz, yang mengepalai partai sentris, mengatakan kepada Abbas bahwa Israel akan mengambil langkah-langkah untuk memperkuat ekonomi Palestina, menurut sebuah pernyataan dari kantornya pada hari Ahad (29/8).
“Mereka juga membahas pembentukan situasi keamanan dan ekonomi di Tepi Barat dan di Gaza,” ungkap pernyataan itu, seperti dilansir dari TRTWorld, Senin (30/8).
“Mereka sepakat untuk terus berkomunikasi lebih lanjut tentang isu-isu yang diangkat selama pertemuan.”
Sementara itu, Hussein Al Sheikh anggota Komite Sentral Fatah Abbas, mengatakan diskusi itu mencakup semua aspek hubungan Palestina-Israel.
Kegagalan Pembicaraan Damai Tahun 2014
Pembicaraan damai antara kedua belah pihak gagal pada tahun 2014, meskipun Israel selama setahun terakhir telah mencapai kesepakatan normalisasi dengan sejumlah negara Arab, di bawah sponsor AS.
Pemerintah baru Israel mencakup tambal sulam partai-partai yang membentang paling kiri hingga paling kanan dan termasuk untuk pertama kalinya sebuah faksi Muslim kecil.
Perdana Menteri Naftali Bennett, yang mengepalai partai ultranasionalis, menentang kenegaraan Palestina.
Tetapi mengingat susunan koalisinya, setiap keputusan kebijakan sensitif tentang konflik Israel-Palestina akan sulit.
Pertemuan di Ramallah terjadi hanya beberapa hari setelah Bennett bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih, di mana Biden menegaskan kembali dukungan untuk solusi dua negara.
Protes Warga Gaza Atas Blokade di Sepanjang Perbatasan Israel
Ratusan warga Palestina berkumpul pada Ahad (29/8) malam di sepanjang pagar pemisah dengan Israel.
Mereka membakar ban ketika penguasa Hamas di Gaza mendesak maju dengan kampanye untuk menekan Israel agar mengurangi blokade yang menyesakkan di wilayah itu.
Seorang pengunjuk rasa terluka karena tembakan Israel.
Langkah tersebut adalah protes perbatasan malam kedua berturut-turut dan terjadi beberapa jam setelah pesawat tempur Israel melakukan serangkaian serangan udara terhadap sasaran yang diduga Hamas sebagai tanggapan atas kerusuhan tersebut.
Para pejabat Hamas telah berjanji untuk mengadakan protes malam sepanjang minggu.
“Pendudukan Zionis menanggung semua akibat dan konsekuensi dari pengetatan pengepungan di Gaza dan eskalasi krisis kemanusiaan di antara penduduknya,” ujar juru bicara Hamas Fawzi Barhoum.
“Tidak ada ketenangan atau stabilitas yang akan tercapai selama rakyat kita tidak memiliki kehidupan yang bebas dan bermartabat.”
Blokade Israel adalah “Hukuman Kolektif”
Israel, dengan bantuan Mesir, telah mempertahankan blokade ketat di Gaza sejak Hamas menguasai wilayah itu pada tahun 2007, setahun setelah memenangkan pemilihan Palestina.
Israel mengatakan penutupan itu, yang secara ketat membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar dari Gaza, diperlukan untuk mencegah Hamas membangun kemampuan militernya.
Para kritikus mengatakan penutupan yang telah merusak perekonomian itu, merupakan hukuman kolektif.
Israel telah memperketat blokade sejak perang 11 hari melawan Hamas pada Mei, sementara Mesir mencoba menengahi gencatan senjata jangka panjang.
Israel telah menuntut agar Hamas mengembalikan sisa-sisa dua tentara yang tewas dan membebaskan dua warga sipil Israel yang ditawan dengan imbalan pelonggaran blokade.
(Resa/TRTWorld)