ISLAMTODAY — Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa AS bergerak maju dengan rencana untuk membuka kembali misi de facto Palestina meskipun ada penentangan yang sangat terbuka dari Israel, Rabu (2/9)
Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan sebelumnya bahwa membuka kembali konsulat jenderal Washington di Yerusalem barat, yang secara tradisional berfungsi sebagai markas diplomatik AS untuk Palestina, adalah ide yang buruk.
“Kami pikir itu ide yang buruk, dan kami telah memberi tahu Amerika bahwa kami pikir itu ide yang buruk,” ujar Yair Lapid dalam pernyataan dilansir The Times of Israel.
Menurut Israel, langkah itu, akan mengirim pesan yang salah, tidak hanya ke kawasan, tidak hanya ke Palestina, tetapi juga ke negara lain, dan Israel tidak ingin ini terjadi, dilansir dari AA.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan pemerintahan Biden akan bergerak maju dengan proses untuk membuka kembali konsulatnya di Yerusalem.
Bangunan konsulat, yang dibangun sebelum pembentukan negara Israel, ditutup oleh mantan Presiden Donald Trump pada 2019 ketika dia memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan mengakui kota yang diperebutkan itu sebagai ibu kota Israel.
Fungsi konsulat kemudian dialihkan menjadi fungsi kedutaan.
Tindakan Trump memicu reaksi luas di antara warga Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Sejak itu mereka telah menghentikan kontak diplomatik dengan AS, dan Presiden Joe Biden berjanji untuk memulihkan hubungan dengan Palestina.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan pada Mei bahwa pemerintahan Biden akan bergerak maju dengan membuka kembali konsulat.[AA]