ISLAMTODAY ID-Sebidang tanah Suriah (Dataran Tinggi Golan) direbut oleh Israel pada akhir Perang Enam Hari pada tahun 1967 setelah pasukan Suriah menyerang posisi Israel selama konfrontasi Tel Aviv dengan Mesir.
Sebagian besar komunitas global tidak mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Di sisi lain, Tel Aviv tidak mempertimbangkan untuk menyerahkan Dataran Tinggi Golan ke Suriah, ungkap Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid.
Menteri menjelaskan bahwa tidak ada pembicaraan dengan Damaskus yang sedang berlangsung saat ini dan kemungkinan tidak akan diadakan di masa depan.
“Tidak ada negosiasi yang terjadi saat ini antara Israel dan Suriah. Sebenarnya tidak banyak yang bisa dinegosiasikan selain dari masalah keamanan. Israel bahkan tidak mempertimbangkan, dan tidak akan pernah, mengembalikan Dataran Tinggi Golan ke Suriah, tidak ada banyak ruang untuk negosiasi saat ini. ” ujar Yair Lapid, Menteri Luar Negeri Israel, seperti dilansir dari Sputniknews, Kamis (9/9).
Pernyataan tersebut adalah pertama kalinya pemerintah baru Israel berbicara mengenai posisinya dalam masalah Dataran Tinggi Golan.
Pasukan Israel merebut sebagian besar wilayah itu sebagai tanggapan atas serangan artileri dan udara oleh Republik Arab, yang datang untuk membantu Mesir dalam konflik bersenjata.
Perang itu sendiri dimulai dengan serangan udara Israel terhadap pangkalan udara militer Mesir.
Namun, pihak Tel Aviv bersikeras bahwa itu adalah serangan pre-emptive.
Selama bertahun-tahun, Israel memperluas wewenangnya ke Dataran Tinggi Golan dan tealh menunjuk pejabat serta mengadakan pemilihan lokal di sana.
Meskipun tetap ada protes dari beberapa komunitas lokal dan kurangnya pengakuan internasional atas kedaulatan Israel atas tanah tersebut.
Namun, pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengubah sikap lama Washington tentang masalah ini pada tahun 2019, secara resmi mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari Israel.
(Resa/Sputniknews)