ISLAMTODAY ID-Jerman memperingatkan penguasa militer Mali bahwa kesepakatan dengan kelompok Wagner yang terkenal akan “mempertanyakan” penempatannya di negara Afrika Barat itu sebagai bagian dari misi PBB dan Uni Eropa.
Jerman telah bergabung dengan Prancis dalam menyatakan keprihatinan tentang kesepakatan antara penguasa militer Mali dan perusahaan keamanan Rusia yang akan membawa tentara bayaran Rusia ke negara Afrika.
Sumber diplomatik dan keamanan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa tentara bayaran yang disewa oleh Grup Wagner akan melatih militer Mali dan memberikan perlindungan bagi pejabat senior.
Kesepakatan itu hampir disepakati, kata mereka,
“Jika pemerintah Mali membuat kesepakatan seperti itu dengan Rusia, maka itu bertentangan dengan semua yang telah dilakukan Jerman, Prancis, UE, dan PBB di Mali selama delapan tahun terakhir,” tulis Menteri Pertahanan Annegret Kramp-Karrenbauer di Twitter pada hari Rabu (15/9).
“Kami merasa ini sangat mengkhawatirkan,” ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, seperti dikutip dari TRTWorld, Rabu (15/9).
Sementara itu, Menteri luar negeri Prancis pada hari Selasa (14/9) mengkritik rencana tersebut.
Ia mengatakan langkah seperti itu “tidak sesuai” dengan kehadiran militer Prancis di bekas jajahannya.
Prancis khawatir kedatangan tentara bayaran Rusia akan merusak operasi “kontraterorisme” yang telah berlangsung selama satu dekade melawan gerilyawan yang terkait dengan Al Qaeda dan Daesh di wilayah Sahel di Afrika Barat tepat ketika Prancis mulai mengurangi misinya yang berkekuatan 5.000 orang di sana dan membentuknya kembali dengan lebih banyak sekutu Eropa, ujar sumber-sumber diplomatik.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan masalah itu akan dibahas dengan mitra Eropa dan internasional dan, jika perlu, konsekuensinya akan dibahas.
Ditanya tentang kemungkinan penghentian kerjasama dengan pemerintah junta di Mali, yang merebut kekuasaan dalam kudeta pada Mei, juru bicara itu hanya mengatakan bahwa angkatan bersenjata Jerman aktif di Mali berdasarkan dua mandat penempatan asing.
Belum Ada Penandatanganan
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Mali tidak membantah diskusi dengan Rusia.
“Mali bermaksud untuk mendiversifikasi hubungannya dalam jangka menengah untuk memastikan keamanan negara,” ungkap juru bicara itu kepada kantor berita AFP.
“Kami belum menandatangani apa pun dengan Wagner, tetapi kami berbicara dengan semua orang.”
Dalam beberapa tahun terakhir, paramiliter Rusia, instruktur keamanan, perusahaan, dan penasihat telah tumbuh semakin berpengaruh di Afrika, khususnya di Republik Afrika Tengah yang dilanda perang.
Kremlin mengatakan pada hari Rabu (15/9) tidak ada diskusi formal tentang kerja sama militer dengan Mali.
(Resa/AFP/Reuters/TRTWorld)