ISLAMTODAY ID-Artikel ini ditulis oleh jurnalis Syma Mohammed dengan judul Reliving the Ottoman New York.
Melalui tur jalan kaki melintasi pulau Manhattan, dua sejarawan menyoroti banyaknya hubungan antara bekas Kekaisaran Utsmani dan Amerika.
Ketika menyebutkan Lower Manhattan di Kota New York, gedung pencakar langit berkilauan yang menghadap ke Sungai Hudson cenderung muncul di benak.
Dahulunya Lower Manhattan difungsikan sebagai pelabuhan perdagangan yang sebagian besar buktinya telah hilang dan akibatnya dilupakan.
Namun, penggalian arsip sejarah mengungkapkan hubungan tak terduga antara kota Lower Manhattan dan Kekaisaran Utsmani.
Pada puncaknya, Kekaisaran Utsmani membentang dari Hongaria dan Aljazair di Barat ke Armenia di Timur.
Kekaisaran Utsmani saat itu memberikan kontribusi besar perdagangan barang melalui pelabuhan New York City (NYC).
Akhir abad ke-19, kehadiran Utsmani mulai signifikan di seluruh area perumahan dan komersial Little Syria.
Little Syria merupakan rumah bagi pemukim Utsmani dari Yunani, Suriah, Lebanon, Yordania, Armenia, dan Palestina.
Sejarah Utsmani New York sekarang menjadi objek utama dari tur jalan kaki yang dipimpin oleh sejarawan Todd Fine dan Isil Acehan.
Selama tur, Fine menjelaskan: “Bagi orang Amerika dan Inggris, semuanya dianggap sebagai orang Turki meskipun kamu orang Suriah, Armenia, atau dari wilayah Utsmaniyah ini.”
Pada abad ke-17 ketika New York didirikan dengan nama New Amsterdam, Negara Spanyol dan Kekaisaran Utsmani merupakan kekuatan dunia saat itu.
Sementara itu, Inggris dan Belanda berada di pinggiran untuk bertransaksi dalam pengiriman dan pembajakan.
Sejak tahun 1800-an hingga tahun 1896 larangan emigrasi diberlakukan oleh Kekaisaran Utsmani.
Namun, akhir 1800-an ribuan imigran dari Greater Syria tiba di New York City.
Menurut Acehan, pemicu utama emigrasi adalah kedatangan misionaris Amerika di Anatolia pada pertengahan abad ke-19.
Penduduk Anatolia terdorong bermigrasi ke AS untuk sebuah pekerjaan dan uang.
Selain itu, orang-orang Armenia juga mulai bermigrasi karena mereka bersekolah di sekolah misionaris dan dapat berbicara bahasa Inggris.
Setelah migrasi dimulai dan uang mulai mengalir kembali ke rumah, muncul efek domino.
Kondisi ekonomi Kekaisaran Utsmani yang menurun mempercepat angka imigrasi.
Lebih lanjut, Fine mengatakan bahwa imigrasi dari Kekaisaran Utsmani begitu besar sehingga pada tahun 1914 diperkirakan 20 persen dari populasinya berada di diaspora AS dan Amerika Latin.
Customs House, 1 Bowling Green
Customs House merupakan tempat untuk mengumpulkan bea cukai federal atas barang-barang impor di NYC.
Kantor bea cukai Customs House menjadi tujuan pertama dalam tur jalan kaki yang dilakukan Fine.
Fine menungkapkan ingin memulai tur dengan sisi “provokatif” untuk melihat “bagaimana kita memandang diri kita sebagai orang Amerika atau Barat melawan Kekaisaran Utsmani”.
Customs House dibangun pada pergantian abad ke-20 oleh Daniel French dan dihiasi patung-patung yang mewakili Asia, Amerika, Eropa, dan Afrika.
Fine menjelaskan penggambaran Asia pada kantor tersebut.
“Ada semua stereotip yang memunculkan kerangka orientalis ini.”
Kaki Asia bertumpu pada tumpuan kaki dengan tiga tengkorak manusia di bawahnya.
Di sampingnya ada tiga pria yang kurus kering, membungkuk dan hampir telanjang.
Salah satu pria itu tangannya diikat di belakang punggungnya sementara yang lain kepalanya di tanah, dan sepertinya dia tunduk, menangis, atau memohon.
Patung Asia memiliki buddha di pangkuannya dan bunga poppy di tangan kanannya, dengan ular merayap di batangnya.
Bekas Konsulat Utsmaniyah, 24 State Street
Konsulat ini awalnya berbasis di gedung Cheeseborough di State Street hingga tahun 1906.
Konsulat ini terletak di tepi Sungai Hudson dan dilengkapi dengan dermaga yang ramai dari arus kapal seluruh dunia.
Sultan Abdul Hamid II menunjuk Alexander Webb – salah satu orang Amerika paling awal yang masuk Islam – sebagai Konsul Jenderal Kehormatan Turki.
Webb adalah seorang penulis dan penerbit.
Ia juga pernah menjadi Konsul AS untuk Filipina sebelum ia mengundurkan diri dari Departemen Luar Negeri.
Bekas Konsulat Utsmaniyah, 59 Pearl Street
Pada tahun 1906, konsulat pindah beberapa blok ke gedung Importir/Eksportir di Pearl Street.
Daerah itu adalah pusat perdagangan lainnya.
Salah satu petugas konsuler Turki yang bekerja di sana bernama Mustafa Bey.
Dia kawin lari dengan kekasih Armenianya Hranoush Agaganian ke NYC karena keluarganya melarang mereka menikah.
Dia dikenal dengan sebutan Madame Bey dan menjadi selebriti setelah membuka klub tinju untuk melatih beberapa petinju paling terkenal di Amerika seperti Max Schmeling dan James Braddock (dikenal sebagai Cinderella Man).
Acehan menceritakan kisah perwira konsuler Turki lainnya, Mundji Bey, yang terkenal karena kecintaannya pada kemewahan dan memiliki kamar di Waldorf Astoria selama bertahun-tahun.
Ketika Revolusi Turki Muda terjadi pada tahun 1908 dan mengarah pada pembentukan pemerintahan konstitusional di Turki, Mundji Bey mengumumkan bahwa dia akan mengendalikan kedutaan.
Dia menyatakan amnesti untuk semua buronan politik Kekaisaran Utsmani.
Dialah rupanya orang yang memberi tahu The New York Times bahwa negaranya sebebas AS.
Bekas pabrik rokok, 48 Broad Street
Pabrik rokok didirikan oleh Morris (lahir Musa) Schinasi, seorang Yahudi Sephardic Turki yang datang ke AS pada tahun 1890-an.
Dia merancang mesin penggulung rokok dan memamerkan rokok buatannya dengan mesin itu di Pameran Dunia Chicago 1893.
Setelah sukses di pameran itu, ia mendirikan sebuah pabrik kecil di Broad Street bersama saudaranya, Solomon, untuk memproduksi rokok siap pakai.
Keberhasilan mereka didasarkan pada impor tembakau Turki berkualitas tinggi yang mahal ke AS.
Mereka membawa orang Yahudi Sephardic lainnya dari Turki untuk bekerja di pabrik mereka.
Sultan Abdul Hamid II menghadiahkan Musa Schinasi sebuah medali kehormatan atas jasanya kepada Kesultanan Utsmani.
Taman Elizabeth H. Berger Plaza
Bangku-bangku di taman itu merupakan penghormatan kepada tokoh-tokoh sastra besar yang menyebut Little Syria sebagai rumah, termasuk penyair dan seniman Lebanon Kahlil Gibran.
Gibran adalah salah satu penyair terlaris dalam sejarah Amerika, terkenal karena bukunya The Prophet (1923).
Gibran berimigrasi dari Lebanon ke AS pada usia 12 tahun di tahun 1895.
Pada tahun 1920, bersama dengan sekelompok penulis, ia mereformasi masyarakat sastra Arab-Amerika The Pen League di NYC.
Penulis dan aktivis politik Lebanon Ameen Rihani adalah anggotanya.
Rihani dianggap sebagai bapak pendiri sastra Arab-Amerika dan bukunya The Book of Khalid (1911) adalah novel Inggris pertama oleh seorang penulis Arab-Amerika dan juga berlatar di Little Syria.
Dia bermigrasi ke NYC pada usia 11 tahun pada tahun 1888.
Bekas Masjid Utsmaniyah, 17 Rektor Street
Pada tahun 1910, Konsulat Utsmaniyah memutuskan untuk membuka masjid di Jalan Rektor.
Imam masjid adalah seorang pria Rusia bernama Mehmet Ali yang berpendidikan dan fasih dalam enam bahasa.
Masjid itu tidak hanya digunakan oleh rakyat Utsmani, tetapi juga oleh para pelaut Muslim di kapal-kapal Inggris yang berasal dari negara-negara seperti Yaman dan Sudan.
Pada tahun 1912, New York Sun menerbitkan sebuah artikel berjudul ‘Muhammedans now have a place of pray here’.
Fine menunjukkan situs bekas masjid, sekarang menjadi Holiday Inn yang terletak di kawasan bekas World Trade Center yang juga diusulkan sebagai masjid Ground Zero, yang kontroversial.
109 Washington Street
Washington Street adalah salah satu jalan utama di Little Syria.
Jalan itu terdiri dari puluhan bangunan rumah petak dan toko-toko.
Saat ini, hanya satu bangunan rumah petak yang tersisa dan terletak di 109 Washington Street.
Bangunana tersebut masih disewakan dan dimiliki tuan tanah Yunani.
Bekas gereja Katolik Suriah St George
Bekas gereja Katolik Suriah St George masih berada di 103 Washington Street.
Gereja yang dibangun pada tahun 1812 ini dikenal sebagai gereja Melkit.
Orang-orang Melkit menelusuri sejarah mereka hingga orang-orang Kristen mula-mula di Antiokhia di Siria.
Kata Melkite berasal dari kata Syria dan Arab untuk raja.
Setelah gereja tidak berfungsi, gereja tersebut awalnya menjadi rumah kos, kemudian diduga rumah bordil, dan kemudian sebuah pub.
Bangunan tersebut dibeli pada tahun 2007 oleh seorang investor Cina dan sekarang menjadi St George Tavern, sebuah restoran yang menyajikan makanan Amerika dan Cina.
Gereja Ortodoks Yunani St Nicholas, Taman Liberty
Gereja Ortodoks Yunani St Nicholas awalnya terletak di 155 Cedar Street dan dihancurkan setelah World Trade Center runtuh pada serangan 11 September.
Gereja tersebut dalam proses pemugaran kembali, meski dilanda penundaan karena masalah biaya.
Fine berkata: “Sebagai sejarawan, kami pikir orang-orang penting mengetahui ada gereja Yunani di samping World Trade Center. Itu (Gereja Yunani) karena adalah bagian dari Utsmani New York.”
(Resa/TRTWolrd)