ISLAMTODAY — Amerika Serikat AS tampaknya telah mengambil langkah terburu-buru demi membendung narasi kemunduran yang dipicu oleh kepergiannya dari Afghanistan.
Pengumuman kemitraan keamanan baru—Australia-Inggris-AS (AUKUS)—yang memungkinkan Australia untuk melengkapi angkatan lautnya dengan kapal selam serang bertenaga nuklir, merupakan sinyal yang jelas bagi China.
Tentu saja bukan hanya sinyal untuk China tetapi juga untuk sekutu AS di Asia bahwa Washington bertekad melangkah maju untuk memenuhi tantangan Beijing di kawasan Indo-Pasifik.
Meskipun sekutu di Eropa, seperti Prancis, bereaksi pahit terhadap berita tersebut.
Sebagai bagian dari pakta tersebut, Australia akan membatalkan rencananya senilai US$43 miliar untuk membangun kapal selam konvensional Prancis, dan sebaliknya membangun kapal berdasarkan teknologi AS-Inggris.
Kapal pertama akan dibangun di bekas fasilitas Australian Submarine Corporation di dekat Adelaide.
Belum jelas kapal mana yang akan dibuat. Mengingat AS tidak ingin membagikan teknologinya yang berharga, pilihan yang mungkin adalah kelas Astute milik Inggris.
China tidak disebut secara langsung dalam pernyataan para pemimpin yang mengumumkan AUKUS, tetapi Beijing bereaksi marah.
Kedubesnya untuk AS sebut negara-negara itu harus, “menyingkirkan mentalitas Perang Dingin dan prasangka ideologis mereka.”
Secara umum, pemerintahan Biden tampaknya bekerja dengan strategi Indo-Pasifik yang dirumuskan oleh pemerintahan Trump yang sebenarnya telah di deklasifikasi awal tahun ini, beberapa minggu sebelum pelantikan Biden.
Dokumen tersebut mengajukan tiga pertanyaan utama:
Pertama, bagaimana mempertahankan keunggulan strategis AS di Indo-Pasifik dan menentang upaya China “untuk membangun lingkungan pengaruh baru yang tidak liberal.”
Kedua, bagaimana mencegah Korea Utara mengancam AS dan sekutunya;
Ketiga, bagaimana memajukan kepemimpinan ekonomi global AS.
Pembangunan China yang tak terhindarkan merupakan tantangan bagi strategi era Trump untuk mendominasi dunia.
Jelas, penilaian Biden adalah bahwa situasinya lebih mengkhawatirkan, sehingga mengambil langkah yang menurut analis Australia Sam Roggeveen disebut sebagai “pengumuman yang luar biasa” dan “benar-benar bersejarah.”
Untuk saat ini, sementara tekanan AS terhadap China di sepanjang Laut China Selatan terus berlanjut, AS sekarang merencanakan strategi baru untuk armada laut China yang berada di Samudra Pasifik dan Hindia.
Australia Hanya Mitra Anak-anak
Australia selalu dilihat sebagai mitra anak-anak di sini, dan meskipun Inggris menguji senjata nuklir mereka di negara itu, Canberra dijauhkan dari apa pun yang berkaitan dengan masalah nuklir.
Meskipun sebenarnya Australia memiliki peran dalam Perang Dunia I, II, dan Perang Vietnam, Australia, bersama dengan Kanada, Selandia Baru, dan Inggris.
Mereka telah bekerja dengan jaringan intelijen global yang berasal dari Perjanjian Inggris-AS yang sangat rahasia sejak tahun 1947, yang telah di modifikasi dan disempurnakan dari waktu ke waktu.
AUKUS dipandang sebagai pembaruan dari kesepakatan lama itu untuk kebutuhan era baru demi menghadapi tantangan yang baru pula.
Kerja sama strategis antara AS, Inggris, dan Australia sangatlah melangkah jauh dari kepentingan Australia itu sendiri.
Sebagai bagian dari kerjasama ini, Australia harus menerima pukulan telak pada hubungan perdagangan mereka yang menguntungkan dengan China.
Selain itu hubungan Australia dan Uni Eropa akan sangat buruk apalagi Prancis memiliki peran penting dalam organisasi Eropa tersebut.
Selain AUKUS berimplikasi buruk bagi Australia, Kelemahan utama dari aliansi AUKUS yang baru adalah keterasingan dengan kekuatan Indo-Pasifik barat lainnya—Prancis.
Pembatalan proyek senilai US$ 43 miliar itu telah memukul keras Prancis yang akhirnya menuduh AS dan Inggris “menusuk mereka dari belakang.”
Sebuah pernyataan resmi menuduh kebijakan AS dan Inggris “tidak adanya kesinambungan”.
AS dan Inggris lupa fakta bahwa Prancis juga memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sekitar 11 juta kilometer persegi dan telah menjadi pendukung kuat strategi Indo-Pasifik.
AUKUS Awal dari UKUSA
Pengumuman AUKUS bertepatan dengan meningkatnya suhu di semenanjung Korea juga.
Pada 13 September, Korea Utara mengatakan berhasil menguji coba rudal jelajah strategis.
Dua hari kemudian mereka menembakkan dua rudal balistik ke laut lepas pantai timurnya, menurut Korea Selatan.
Namun ada perkembangan baru bahwa sesaat sebelum peristiwa peluncuran rudal balistik Korea Utara, Korea Selatan menguji coba rudal balistik kapal selam pertamanya.
Ada situasi segitiga di sini, dengan Korea Utara berusaha menekan AS dengan tujuan mendapatkan keringanan sanksi ekonomi, dan Korea Selatan mencapai titik di mana mereka mengambil tindakan sendiri, daripada bergantung pada AS.
Mempertimbangkan ketegangan antara China dan Jepang, kita dapat segera memiliki situasi di mana Korea Selatan dan Jepang meningkatkan situasi, dengan atau tanpa bantuan Amerika Serikat.
Korea Selatan telah mengembangkan kemampuan asli untuk membuat kapal selam bertenaga nuklir miliknya sendiri.
Namun tetap saja belakangan ini ramai dibicarakan tentang perluasan AUKUS hingga menjadi pengelompokan UKUSA atau Five Eyes hingga mencakup Korea Selatan.
Ini bisa menjadi awal baru dari hubungan AS-Korea Selatan yang lebih dekat, yang berimplikasi pada China dan Korea Utara.(Rasya)