ISLAMTODAY — India telah mengirimkan 50.000 tentara tambahan ke perbatasan dekat China di mana sebenarnya saat ini India telah menampatkan 200.000 tentara yang siap tempur disana.
Pengiriman tentara ini meningkat lebih dari 40% sejak China dan India bentrok di Himalaya pada Juni tahun lalu.
India juga telah memindahkan jet tempur ke perbatasan utara dan angkatan laut-nya telah mengirim kapal perang di sepanjang jalur laut utama di Samudra Hindia untuk mengawasi perdagangan maritim ke dan dari China.
Langkah-langkah ini telah diumumkan pada saat yang sama ketika angkatan laut India dan AS baru saja melakukan latihan bersama di laut yang sama.
Pada tanggal 23 dan 24 Juni, USS Ronald Reagan, supercarrier bertenaga nuklir kelas Nimitz, bersama dengan pengawalnya dan armada jet tempur F-18 bergabung untuk latihan dengan kapal perang India dan pesawat serang jet Jaguar Anglo-Prancis.
Selain itu juga India menggunakan jet tempur Sukhoi-30MKI, pesawat buatan Rusia yang diproduksi di bawah lisensi di India pada saat latihan tersebut.
Latihan itu dilakukan di selatan Thiruvananthapuram (sebelumnya dikenal sebagai Trivandrum) di pesisir barat daya India.
Latihan tersebut berisi latihan pertahanan udara tingkat lanjut, operasi helikopter lintas dek dan latihan anti-kapal selam, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan India.
Yang merupakan sebuah ancaman untuk China yaitu “Satu-satunya kapal selam yang akan diserang India dan AS di Samudra Hindia adalah kapal selam China”
Selama beberapa tahun terakhir, India telah mencatat bahwa kapal selam China telah terlihat di perairan sekitar Kepulauan Andaman dan Nicobar, sebuah wilayah persatuan India yang terletak di dekat pintu masuk Selat Malaka, sebuah chokepoint maritim di mana sebanyak 80% dari impor energi China melalui selat ini.
Kepentingan China di Samudra Hindia jelas di motivasi oleh keinginannya untuk melindungi jalur perdagangan ke Timur Tengah, Eropa, dan Afrika.
Tetapi serbuan China dengan kapal perang dan kapal selam ke wilayah ini telah menempatkan China pada jalur tabrakan dengan India.
China telah menggunakan pengerahan anti-pembajakan sebagai pembenaran untuk memperluas kehadiran angkatan laut di Samudra Hindia.
Selain itu agar membuat posisi China lebih permanen di kawasan itu akhirnya China mendirikan pangkalan militer pertamanya di luar negeri, di Djibouti, Tanduk Afrika pada tahun 2017.
Tetapi bahkan Buku Putih Pertahanan China tahun 2015 melangkah lebih jauh dari itu dengan menyatakan,
“Mentalitas tradisional bahwa daratan melebihi laut harus ditinggalkan dan kepentingan besar harus dilampirkan untuk mengelola laut dan samudera serta melindungi hak dan kepentingan maritim…[China akan ] berpartisipasi dalam kerja sama maritim internasional, untuk memberikan dukungan strategis untuk membangun China menjadi kekuatan maritim.”
Samudra Hindia Titik Panas China VS India
Situasi hari ini di Samudra Hindia semakin tidak stabil dan dapat menyebabkan konfrontasi yang lebih berdarah antara kedua belah pihak.
Samudra Hindia—dengan atau tanpa partisipasi Amerika—yang dengan cepat menjadi garis depan dalam Perang Dingin baru di Asia.
David Scott, anggota asosiasi dari Pusat Studi Kebijakan Maritim Corbett, Thinktank yang berbasis di Inggris, menyimpulkan dalam sebuah artikel untuk Pusat Keamanan Maritim Internasional :
“Strategi India untuk Samudra Hindia selama tahun 2010-an ada tiga: “membangun infrastruktur angkatan laut-maritimnya (berbasis dan fasilitas pendukung), membangun aset fisik kekuatan, dan memperkuat hubungan dengan kekuatan yang semakin peduli dengan China.”
Kekuatan-kekuatan itu akan menjadi sekutu India dalam Dialog Keamanan Segiempat, juga dikenal sebagai Quad.
Quad adalah sebuah forum strategis antara AS, Jepang, India, dan Australia yang secara luas dipandang sebagai respons terhadap kebangkitan China sebagai kekuatan regional di Pasifik.
India juga telah menjadi peserta aktif dalam serangkaian latihan yang disebut Malabar, yang telah mendekatkannya dengan AS, Jepang, dan sekutu regional lainnya.
Pada Maret 2020, para pejabat Quad melakukan telekonferensi untuk membahas pandemi Covid-19 dan untuk pertama kalinya diikuti oleh para pejabat dari Selandia Baru, Korea Selatan, dan Vietnam.
Mengingat meningkatnya ketegangan regional, jelas bahwa krisis kesehatan bukanlah satu-satunya agenda.
Langkah India dan China Perkuat Diri di Samudra Hindia
Demi mempertahankan diri di kawasan Samudra Hindia, India telah berbicara dengan Australia tentang mendapatkan akses ke Kepulauan Cocos (Keeling), milik Australia di Samudra Hindia.
Langkah India selanjutnya adalah membangun tiga kapal selam serang bertenaga nuklir dan meningkatkan pangkalan angkatan lautnya sendiri.
Masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa sukses semua langkah ini dalam melawan China di lingkup kawasan pasifik yang saat ini China lebih unggul.
Tetapi garis pertempuran telah ditarik, dari ketinggian Himalaya hingga perairan tropis Samudra Hindia.
China mungkin tidak terlalu khawatir apakah perbatasannya dengan India harus lebih diperhatikan atau tidak, tetapi konfrontasi tahun lalu di Himalaya lebih merupakan unjuk kekuatan untuk menjaga keseimbangan India.
Seperti yang ditunjukkan oleh tanggapan India minggu ini, New Delhi siap untuk menggunakan cara militer jika provokasi China yang dirasakan terus berlanjut di sepanjang perbatasan Himalaya mereka.
China merespons dengan elegan Pada bulan April, seorang komentator Partai Komunis China (PKC) meluncurkan serangan terhadap India dan persahabatannya dengan Amerika Serikat: “Sayangnya India telah menjadi korban keegoisan AS… ” (Rasya)