ISLAMTODAY — Kesepakatan kapal selam bertenaga nuklir AS dan Australia adalah awal dari tujuan utama pemerintah AS yaitu untuk membangun pangkalan militer AS baru di Down Under, Australia.
Terbukti, dalam konferensi pers 16 September, Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengumumkan rencana untuk membangun fasilitas baru untuk angkatan laut, udara, dan darat dengan AS
Sebenarnya militer AS sudah memiliki setidaknya tujuh fasilitas militer di Australia selain itu militer AS juga memiliki ratusan pangkalan di seluruh kawasan Asia Pasifik, yang mengelilingi perbatasan China.
Hingga hari ini pun pemerintah AS masih mempertahankan sekitar 750 pangkalan militer di luar negeri di 80 negara dan koloni asing, menurut daftar lengkap instalasi militer AS di luar negeri.
Saat ini pemerintahan Biden bermaksud untuk memperluas koleksi pangkalan yang sudah besar-besaran di Australia dan di tempat lain di Pasifik sehingga makin membuat situasi di Indo-Pasifik meresahkan.
Di seluruh spektrum politik dan bahkan di dalam militer AS sendiri muncul berbagai kritik atas banyaknya pangkalan militer di luar negeri.
Analis lembaga think tank, cendekiawan, politisi, dan pengamat lainnya menyimpulkan bahwa banyak pangkalan di luar negeri seharusnya ditutup beberapa dekade yang lalu karena telah merusak keamanan AS dan global.
“Saya pikir kita memiliki terlalu banyak infrastruktur di luar negeri,” kata perwira tertinggi di militer AS, Kepala Staf Gabungan Mark Milley, pada Desember 2020.
Awal tahun ini Presiden Biden mengumumkan tinjauan Global untuk memeriksa dan memastikan pengerahan pasukan militer AS di seluruh dunia “sejajar dengan kebijakan luar negeri dan prioritas keamanan nasional kami.”
Sementara pemerintah AS belum mengumumkan hasil tinjauan, penumpukan militer di Down Under, Australia akan menjadi langkah berbahaya.
AS Habiskan Banyak Dana Demi Pangkalan di Luar Negeri
Sejak Perang Dunia II, AS telah mempertahankan ratusan demi ratusan pangkalan di negeri asing.
Lebih dari 75 tahun setelah perang berakhir, masih ada 119 situs pangkalan militer AS hanya di dua negara yaitu Jerman dan Jepang, menurut Pentagon.
Terletak di setiap benua kecuali Antartika, pangkalan AS memiliki berbagai ukuran mulai dari instalasi “Little America” seukuran kota dengan puluhan ribu personel militer dan anggota keluarga hingga hanya pangkalan untuk lapangan terbang drone.
Mempertahankan pangkalan militer di luar negeri telah membuat AS menghabiskan puluhan miliar dolar setiap tahunnya.
Dana yang dikeluarkan untuk pangkalan ini yang mencangkup membangun, mengoperasikan, dan memelihara pangkalan di luar negeri mencapai $55 miliar.
Namun Bagi AS dana besar tersebut tidaklah penting dibanding citra di mata global. Pangkalan adalah wajah AS secara global bahkan banyaknya pangkalan di luar negeri melebihi para diplomat AS.
Ini mencerminkan militerisasi kebijakan luar negeri yang berbahaya dan sudah berlangsung lama: 750 pangkalan di luar negeri hampir tiga kali lipat jumlah (276) kedutaan, konsulat, dan misi AS di seluruh dunia.
Bahkan bila semua negara besar seperti Inggris, Prancis, Rusia, Turki, dan beberapa negara lain kemungkinan hanya memiliki sekitar 200 pangkalan asing bila digabungkan.
Bahkan musuh AS saat ini China hanya memiliki lima pangkalan militer di luar negeri (ditambah pangkalan di Tibet).
Efek Berbahaya Pangkalan Militer AS di Luar Negeri
Pangkalan di luar negeri AS telah berperan besar meningkatkan ketegangan geopolitik dan militer.
Karena telah mendorong negara-negara seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara untuk meningkatkan pengeluaran militer mereka sendiri (dan pembangunan pangkalan asing) ketika dikepung oleh pangkalan AS.
Pangkalan di luar negeri sering menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan, merugikan dan membuat marah penduduk setempat.
Kecelakaan maut dan kejahatan oleh personel militer AS, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan, ditambah dengan pendudukan tanah orang lain juga berkontribusi untuk menimbulkan protes.
Meskipun selalu pemerintah AS menyebutkan harus mempertahankan ratusan pangkalan di luar negeri untuk menjaga perdamaian dan membuat AS dan dunia lebih aman dengan menghalangi musuh.
Namun, hingga hari ini tidak ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa pangkalan AS di luar negeri adalah pencegah yang efektif dan berguna secara strategis.
Sementara itu, 20 tahun terakhir perang tanpa akhir menunjukkan bagaimana pangkalan asing telah memudahkan para pemimpin AS untuk meluncurkan dan mengobarkan perang agresi yang menghancurkan.
Seperti yang terjadi di Afghanistan, Irak, Yaman, Somalia, Libya, dan 20 negara lain di mana pasukan AS berada.
Mempertahankan 750 pangkalan di luar negeri dan membangun yang baru di Australia adalah kebijakan yang sangat tidak bertanggung jawab yang, paling menakutkan, meningkatkan ketegangan militer dengan China.
Membuat apa yang seharusnya menjadi perang yang tidak terpikirkan dengan pesaing bersenjata nuklir menjadi lebih mungkin. (Rasya)