ISLAMTODAY — Joe Biden telah menetapkan persaingan dengan Rusia dan China sebagai prioritas utama pemerintahannya namun para pakar urusan luar negeri AS dan pensiunan militer telah memperingatkan resiko petualangan militer Biden.
Ekonom AS Dr Paul Craig Roberts dan veteran CIA Philip Giraldi telah menjelaskan tren baru kebijakan luar negeri AS sangat berbahaya, hal itu karena AS tidak akan mampu menghadapi China dan Rusia secara bersamaan.
Edward Geist, seorang peneliti kebijakan di RAND Corporation, memperkirakan kekalahan militer bagi AS jika AS melawan Rusia di Eropa atau China di Asia.
Sementara itu Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Eropa dan Eurasia A. Wess Mitchell bersikeras pada Agustus 2021 bahwa
“Menghindari perang dua front dengan China dan Rusia harus menjadi salah satu tujuan utama strategi besar AS saat ini.”
Daniel Goure, mantan direktur Kantor Daya Saing Strategis AS, juga mengatakan pasukan darat AS tidak mampu untuk mengungguli pasukan darat Rusia bila terjadi konflik di Eropa.
Menurut mantan perwira tempur itu, “pengejaran hegemoni” Amerika yang ketinggalan zaman harus diganti dengan “penghematan strategis” dan “penyeimbangan kawasan”.
Selain itu David T. Pyne, mantan anggota pasukan tempur Angkatan Darat AS memperingatkan bahwa, AS tidak siap untuk berperang secara konvensional murni dengan Moskow dan Beijing, apalagi konfrontasi nuklir habis-habisan.
Dia juga menyesali keputusan Washington untuk memperluas kehadiran NATO ke Eropa Timur, serta dia bersikeras bahwa itu adalah kesalahan strategis karena mendorong Moskow dan Beijing memperkuat aliansinya.
Pyne menyarankan bahwa “kehadiran militer AS yang dikurangi di luar negeri” akan “sangat mengurangi dorongan bagi Rusia dan China untuk bersekutu satu sama lain guna mengimbangi AS”.
Saat ini para analis militer AS yang disebutkan di atas menyampaikan pandangan yang kurang lebih adalah fakta dimana saat ini AS bukan tandingan Rusia dan China, begitulah menurut analis militer AS Dr Roberts.
“Militer AS dalam keadaan menurun dengan cepat”, katanya. “Anggaran besar telah menyebabkan ‘pembengkakan biaya’ yang hanya memberi keuntungan bagi industri persenjataan dan menghasilkan sistem senjata kelas dua yang mahal”.
Bukan hanya itu penurunan kualitas tentara AS serta banyak orang di Angkatan Bersenjata AS merasa dikhianati oleh pemerintahan Biden menyebabkan AS tidak akan pernah siap untuk berperang secara langsung dengan AS.
“Kesimpulan yang jelas adalah bahwa, selain karena kualitas sistem senjata, militer juga mengalami demoralisasi yang akhirnya tidak melahirkan pasukan disiplin yang bermoral baik..Washington tidak memiliki kemungkinan untuk memerangi Rusia dan China bersama-sama dan akan dengan cepat dikalahkan oleh keduanya secara terpisah”. Ungkap Dr Roberts
Baik Rusia maupun China Tidak Menginginkan Perang
Yang lebih penting adalah bahwa baik Rusia maupun China tidak bermaksud untuk menyerang AS, mantan pejabat Amerika itu menggarisbawahi, menambahkan bahwa Moskow tidak ingin bertanggung jawab atas Eropa Timur.
Namun, itu tidak berarti tidak ada risiko yang terkait dengan persaingan kekuatan besar apalagi AS terus melakukan provokasi atas Rusia dan China.
Ada bahaya bahwa penduduk AS yang diindoktrinasi tentang “ancaman Komunis” dan kecerobohan AS, seperti menempatkan penasihat militer di Taiwan, dapat mengakibatkan provokasi yang akan dibalas oleh Rusia dan China.
AS terbukti sedang menciptakan situasi krisis dengan kedua negara yang akhirnya dapat mengarah pada perang meskipun baik Rusia maupun China tidak menimbulkan ancaman nyata dalam hal militer. (Rasya)