ISLAMTODAY ID-Beijing telah berulang kali mengkritik penandatanganan pakta keamanan antara Inggris, AS dan Australia awal tahun ini, yang ditafsirkan diarahkan kepada China.
AUKUS juga mengirim tanda ke seluruh aliansi NATO, karena baik Inggris maupun AS tidak memperingatkan mitra mereka tentang rencana mereka.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengkritik keputusan Canberra untuk berpartisipasi dalam pembuatan perjanjian keamanan AUKUS sebagai “sangat tidak bertanggung jawab”, dilaporkan dari sudut pandang non-proliferasi nuklir.
Wenbin menekankan bahwa, didorong oleh “mengejar kepentingannya sendiri”, Australia tidak hanya merusak perdamaian dan stabilitas regional, tetapi juga melanggar kewajiban internasionalnya di bidang non-proliferasi.
Lebih lanjut, dia meminta negara itu untuk mengubah arahnya dan mengubah “kesalahannya”.
“Pemerintah Australia harus memperbaiki kesalahannya, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, dengan sungguh-sungguh memenuhi kewajiban non-proliferasi nuklir internasionalnya, dengan sungguh-sungguh menjaga perdamaian dan stabilitas regional dan memberikan jawaban yang bertanggung jawab kepada masyarakat internasional,” ujar Wang Wenbin, seperti dilansir dari Sputniknews, Jumat (5/11).
Juru bicara kementerian luar negeri juga menekankan bahwa masalah yang berasal dari penandatanganan pakta keamanan antara AS, Inggris dan Australia melampaui pertengkaran diplomatik antara negara-negara barat, dan mempengaruhi seluruh komunitas internasional.
Dalam komentarnya, Wenbin mencatat bahwa, di bawah perjanjian keamanan AUKUS, AS telah setuju untuk memberikan Australia teknologi propulsi guna pembuatan kapal selam bertenaga nuklir.
Perjanjian ini mendorong Canberra membatalkan kontrak sebelumnya dengan Prancis untuk pembelian kapal selam bertenaga diesel, yang memicu kritik tajam dari Paris dan krisis diplomatik besar.
Beijing, dilaporkan yakin bahwa AUKUS diciptakan semata-mata untuk menahan China, sangat menentang perjanjian itu, menyebutnya sebagai ancaman terhadap stabilitas regional.
(Resa/Sputniknews)