ISLAMTODAY ID-Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak yang diluncurkan di kediaman Perdana Menteri Mustafa al Kadhimi di Baghdad.
Serangan pesawat tak berawak yang menargetkan perdana menteri Irak pada hari Ahad (7/11) dilakukan oleh setidaknya satu milisi yang didukung Iran, pejabat keamanan Irak dan sumber-sumber milisi mengatakan, beberapa minggu setelah kelompok-kelompok pro-Iran dikalahkan dalam pemilihan yang mereka katakan dicurangi.
“Tetapi negara tetangga Iran tidak mungkin menyetujui serangan itu karena Teheran ingin menghindari spiral kekerasan di perbatasan baratnya,” ungkap sumber itu, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (9/11).
Sementara itu, Perdana Menteri Mustafa al Kadhimi lolos tanpa cedera ketika tiga pesawat tak berawak yang membawa bahan peledak diluncurkan di kediamannya di Baghdad.
Insiden itu memicu ketegangan di Irak, di mana paramiliter kuat yang didukung Iran memperdebatkan hasil pemilihan umum bulan lalu yang membuat mereka kalah telak dalam pemilihan dan sangat mengurangi kekuatan mereka di parlemen.
“Teheran memiliki pengetahuan tentang serangan itu”
Dua pejabat regional yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan Teheran memiliki pengetahuan tentang serangan itu sebelum dilakukan, tetapi pihak berwenang Iran tidak memerintahkannya.
Sumber-sumber milisi mengatakan komandan Pengawal Revolusi Iran Pasukan Quds di luar negeri melakukan perjalanan ke Irak pada hari Ahad (7/11) setelah serangan untuk bertemu dengan para pemimpin paramiliter dan mendesak mereka untuk menghindari eskalasi kekerasan lebih lanjut.
Dua pejabat keamanan Irak, yang berbicara kepada Reuters pada hari Senin (8/11) dengan syarat anonim, mengatakan bahwa kelompok Kataib Hezbollah dan Asaib Ahl al-Haq melakukan serangan bersama-sama.
Sebuah sumber milisi mengatakan bahwa Kataib Hezbollah terlibat dan dia tidak dapat mengkonfirmasi peran Asaib.
Banyak orang Irak khawatir bahwa ketegangan di antara kelompok utama Muslim Syiah yang mendominasi pemerintah dan sebagian besar lembaga negara, dan juga memiliki cabang paramiliter, dapat berkembang menjadi konflik sipil yang luas jika insiden serupa terjadi lebih lanjut.
(Resa/Reuters/TRTWorld)