ISLAMTODAY ID-Artikel ini ditulis oleh Dave DeCamp melalui AntiWar.com dengan judul Submarine Accident Highlights Risk Of Naval Collision Between US & Chinese Militaries Is Growing.
Risiko kecelakaan antara militer AS dan China meningkat seiring Washington meningkatkan kehadirannya di Laut China Selatan dan perairan lain di kawasan itu, laporkan The South China Morning Post Jumat (5/11).
The Post mengutip Wu Shicun, yang mengepalai Institut Nasional untuk Studi Laut China Selatan, dan khawatir bahwa mekanisme saat ini antara AS dan China untuk manajemen krisis “mungkin tidak efektif pada saat-saat kritis.”
Wu menunjuk pada kejadian nyaris celaka pada tahun 2018 antara kapal perusak AS dan kapal perusak China.
Kapal-kapal itu melintas dalam jarak 41 meter (134 kaki) satu sama lain di Laut Cina Selatan.
“Berlayar dalam jarak 41 meter sangat berbahaya. Bukan kami tidak punya aturan, tapi aturan itu tidak dipatuhi di saat kritis. Di sinilah letak risikonya,” ujarnya, seperti dilansir dari ZeroHedge, Senin (8/11).
“Jika skenario yang sama terjadi pada dua kapal selam nuklir, ini akan menjadi bencana besar,” tambah Wu.
Bahaya kemungkinan tabrakan kapal selam nuklir disorot oleh kapal selam AS yang menabrak objek yang menurut Angkatan Laut AS adalah gunung bawah laut di Laut China Selatan pada 2 Oktober.
Menurut South China Sea Probing Initiative, AS telah mengirim 11 kapal selam nuklir ke Laut China Selatan pada tahun 2021 saja.
Lebih banyak kapal selam nuklir menuju ke wilayah tersebut setelah AS, Inggris, dan Australia menandatangani pakta militer baru pada bulan September.
Kesepakatan itu akan memberi Australia akses ke teknologi kapal selam nuklir, meskipun mereka tidak diharapkan untuk dikembangkan dan memasuki perairan hingga akhir tahun 2030-an.
Awal pekan ini, Post mengutip Wu dalam laporan lain yang mengatakan AS telah melakukan lebih dari 2.000 penerbangan pengintaian di perairan dekat China sepanjang tahun ini dibandingkan dengan hanya di bawah 1.000 pada tahun 2020.
Dengan risiko kecelakaan yang begitu tinggi, Wu menyerukan AS dan China untuk bekerja pada mekanisme yang lebih baik untuk menghindari konflik.
“Membangun mekanisme pengendalian risiko dengan Amerika Serikat sangat mendesak. Konflik di bidang militer dan keamanan sangat berbeda dengan konflik di bidang ekonomi dan perdagangan,” ujarnya.
Pada tahun 2001, sebuah pesawat mata-mata AS bertabrakan dengan pesawat China sekitar 59 mil di lepas pantai Pulau Hainan.
Dengan hubungan AS-China yang berada di titik terendah saat ini, kecelakaan serupa dapat berisiko memicu konflik yang lebih luas.
(Resa/The South China Morning Post/ZeroHedge)