ISLAMTODAY — Pada tanggal 15 Agustus 1971, presiden Amerika Serikat saat itu, Richard Nixon, berpidato selama delapan belas menit, ia mengumumkan akhir dari keseimbangan dolar-emas, yang mengejutkan.
Pertama-tama, keputusan itu berarti kematian Sistem Moneter yang di sepakati seluruh badan keuangan AS yaitu sistem Bretton Woods. Fakta ini mewakili perubahan mendadak dalam tatanan ekonomi internasional.
Kedua, inisiatif Nixon ini merusak strategi pembangunan ekonomi yang digunakan sejak Perang Dingin dimulai.
Strategi-strategi itu adalah pembangunan di negara-negara sekutu dan “pembangunan nasional” di negara-negara dunia kelas tiga.
Ketiga, keputusan tersebut memperkuat dolar sebagai mata uang utama di dunia, memberikan tekanan lebih pada mata uang internasional lainnya.
Hingga hari ini sistem yang dibangun Nixon itu masih menimbulkan perdebatan tentang lahirnya dan perkembangannya hingga krisis.
Para ahli ekonomi arus utama sepakat bahwa sistem ini lahir dari trauma krisis sosial-ekonomi besar di tahun 30-an yang dialami AS.
Krisis sosial-ekonomi itu terjadi karena kebijakan penghematan dan penyeimbangan keuangan tatanan ekonomi liberal yang dilandaskan pada kebebasan pergerakan modal.
Kebijakan inilah yang akhirnya mengacaukan nilai tukar, keseimbangan pembayaran, dan bahkan ekonomi nasional hingga disebut sebagai “Depresi Besar” atau kita lebih mengenalnya sebagai jatuhnya ekonomi AS ditahun 30-an.
Selain itu kehancuran Wall Street tahun 1929 ketika konteks sosial dan ekonomi menjadi sangat buruk karena mendorong munculnya gerakan sayap kanan terutama di Eropa, yang menciptakan kelompok awal Perang Dunia Kedua.
Sehingga untuk menghindari terjadinya kembali depresi ekonomi besar akhirnya perwakilan diplomatik dari 44 negara berkumpul pada Juli 1944 di Bretton Woods, AS dengan tujuan untuk merundingkan tatanan ekonomi baru ke pasca- perang.
Pembicaraan menyimpulkan bahwa penyebab paling relevan dari krisis ekonomi adalah modal keuangan dan kebebasannya untuk bertindak melawan pasar, mata uang, dan ekonomi nasional.
Usulan utama adalah untuk menjamin otonomi kebijakan ekonomi nasional. Untuk alasan ini, mereka menyepakati beberapa poin.
Misalnya, kontrol modal; sistem nilai tukar tetap tetapi dapat dikelola bila diperlukan; dan dana stabilisasi harus melalui IMF.
Kebijakan ini adalah kemenangan bagi mazhab Keynesianisme melawan kaku-nya ekonomi liberal.
Partisipasi John Maynard Keynes sebagai perwakilan pemerintah Inggris dalam negosiasi adalah simbol, meskipun dia kalah dalam membela mata uang supranasional, Bancor, sebagai standar moneter baru.
Akibatnya, dunia kapitalis, terutama Eropa dan Jepang, mencapai output ekonomi yang sangat baik selama 50-an dan 60-an dalam hal produk, pendapatan, dan pertumbuhan lapangan kerja, perdagangan internasional dan investasi asing.
Akhirnya, narasi arus utama menuduh bahwa, selama periode tersebut, defisit dalam neraca pembayaran AS menyebabkan meluasnya likuiditas dolar dalam sistem internasional tanpa peningkatan cadangan emas The Fed.
Menurut argumen ini, pertumbuhan belanja militer akibat Perang Vietnam, di atas segalanya, memicu ketidakseimbangan makroekonomi tersebut.
Jadi, tekanan dan serangan spekulatif terhadap keseimbangan dolar-emas menjadi tak terelakkan.
Oleh karena itu, pada tahun 1971, kebijakan Bretton Woods ternyata tidak berkelanjutan.
Bretton Woods Dalam Sudut Pandang Geopolitik
Namun demikian, dari sudut pandang geopolitik, dimungkinkan untuk mempertimbangkan interpretasi lain untuk sistem Bretton Wood, dari penciptaannya hingga keruntuhannya.
Pertama-tama, meskipun pihak berwenang dari berbagai negara telah menandatangani perjanjian pada Juli 1944, bagian-bagian yang relevan dari perjanjian tersebut dibatalkan.
Henry Morgenthau dan Harry White, arsitek tatanan ekonomi baru pascaperang, kehilangan ruang dalam pemerintahan Truman pasca meninggalnya Rosevelt.
Sebagai gantinya, para bankir memaksa presiden untuk menerapkan Rencana Mata Uang Utama, yang mengusulkan untuk membangun kembali tatanan keuangan internasional liberal seperti yang terjadi di tahun dua puluhan.
Namun, sistem baru akan bertumpu pada dolar dan Wall Street, bukan Pound dan pasar saham Inggris LSE.
Mengenai Jerman dan Jepang, orientasi baru AS bertujuan untuk menghancurkan konglomerat industri besar besar di negara itu, mengubah ekonomi nasional mereka menjadi tidak stabil dan terus merangkak bergantung pada AS.
Memang, tatanan ekonomi internasional yang didirikan dari tahun 1945 hingga 1947 beroperasi sangat berbeda dari perjanjian Bretton Woods tahun 1944, dan hasilnya mengerikan.
Upaya untuk memulihkan ekonomi nasional tersandung pada kekurangan dolar dan kesulitan dalam Neraca Pembayaran.
Dalam konteks ini, modal keuangan di Eropa berlari ke AS, sehingga mengacaukan nilai tukar, dan, oleh karena itu, ekonomi nasional di Eropa Barat hancur.
Selain itu dalam konteks geopolitik mengapa Bretton Woods gagal adalah saat Josef Stalin memperluas perbatasan Uni Soviet dan wilayah pengaruhnya ke posisi yang tidak terpikirkan oleh negara mana pun.
Belum lagi Soviet menemukan dirinya, untuk pertama kalinya dalam sejarahnya, tidak memiliki satu pun kekuatan tandingan besar di seluruh Eurasia, sebagaimana dikatakan oleh George Kennan sendiri, dalam sebuah dokumen resmi Mei 1945, berjudul The International Position of Russia at the End of Jerman War.
Bagaimanapun perkembangan Soviet ini menyebabkan perubahan dalam strategi Administrasi Truman. Dan itu terjadi hanya pada tahun 1947.
Selain itu terjadinya perang saudara di Yunani antara monarki lama yang didukung oleh Inggris melawan kekuatan anti-fasis yang dipimpin oleh komunis dan didukung oleh Soviet membuat situasi Eropa kian tak stabil.
Sejak itu, Truman memilih menggunakan metode Rimland yang telah ditulis oleh Nicholas Spykman sebelumnya, dalam bukunya tahun 1942, Strategi Amerika dalam Politik Dunia.
Metode ini adalah pemusatan strategi udara, laut dan darat sehingga akan memojokan Soviet yang kian digdaya.
Dari sudut pandang geo-historis, itu berarti tradisi lama pemikiran geopolitik Inggris untuk mempertahankan Rusia di luar Laut Mediterania.
Akarnya sudah ada dalam kebijakan kekaisaran Inggris abad ke-19.
Orientasi utama dari doktrin keamanan baru yang diluncurkan oleh Truman pada tahun 1947 menunjukkan perlunya penahanan Uni Soviet secara permanen dan global.
Kemudian, untuk menghentikan pengaruh Soviet di Eropa AS membangun kembali tatanan ekonomi internasional yang berfokus pada ekspansi produk nasional, pertumbuhan pendapatan, dan peningkatan lapangan kerja.
Rencana Marshall dan penyelamatan proposal Bretton Woods membentuk inti dari inisiatif ekonomi AS.
Oleh karena itu, keduanya memiliki tujuan geopolitik utama.
Kedua kebijakan ini adalah ekspresi dari penyerahan tatanan ekonomi kepada tatanan geopolitik.
Dengan kata lain, seseorang dapat mendefinisikan sistem Marshall Plan dan Bretton Woods sebagai bagian dari geostrategi ekonomi dari jenis konflik baru, yang lahir sekitar tahun 1947, Perang Dingin.
Jadi, titik awal penerapan Bretton Woods pada dasarnya bertumpu pada geopolitik, bukan pada trauma sosial-ekonomi dari tahun 30-an.
Dapat dikatakan, dengan cara ini, bahwa Uni Soviet dan pemimpinnya, Josef Stalin, masing-masing adalah entitas dan pribadi yang benar-benar bertanggung jawab atas rekonstruksi ekonomi Eropa dan lahirnya sistem Bretton Woods.
Akibat dari kedua kebijakan ini AS dapat menstabilkan ekonomi nasional di wilayah sensitif relatif terhadap Perang Dingin dan membekukan perbatasan dengan negara-negara komunis.
Pada batasnya, kebijakan ini mempromosikan perkembangan luar biasa di negara-negara dunia pertama.
Singkatnya, Perang Dingin adalah latar belakang yang memungkinkan Sistem Bretton Woods berjalan dari tahun 1947 hingga saat strategi ekonomi dad geopolitik AS berubah.
Oleh karena itu, jika implementasi Bretton Woods bersifat geopolitik dan bukan karena trauma krisis ekonomi tahun tiga puluhan, kontradiksinya berasal dari Euromarkets dan bukan dari ketidakseimbangan akun eksternal Amerika Utara. Pada gilirannya, keberadaannya bergantung pada seberapa bermanfaatnya bagi kebijakan luar negeri AS.
Perubaan Situasi Internasional Buat Kebijakan Bretton Woods Goyah
Pada tahun 1969, konteks internasional berubah secara ekspresif.
Jika Sistem Bretton Woods telah mempromosikan era sejarah kapitalisme yang paling penting, Uni Soviet juga telah mencapai perbaikan strategis yang substansial di tahun 60-an.
Ada kemajuan senjata nuklir, penguatan angkatan laut, pengembangan teknologi kedirgantaraan mutakhir, dan perluasan produksi minyak dan keberhasilan Soviet ini telah menekan tidak hanya AS dan sekutunya tetapi juga Republik Rakyat China.
Dalam latar belakang itu, Beijing memberi isyarat kepada Washington tentang pentingnya pendekatan yang hati-hati pada tahun 1969.
Pemerintahan Nixon, pada gilirannya, mengambil keuntungan dan memulai Diplomasi Segitiga. Sejak itu, pemerintah AS menerapkan konsesi ke Beijing dan Moskow, seperti pengurangan sanksi ekonomi.
Misalnya, pada tahun itu, AS membuat undang-undang baru, mengubah Undang-Undang Kontrol Ekspor tahun 1949.
Kemudian, pada bulan April 1971, hanya tiga bulan sebelum pidato Nixon yang terkenal, AS sekali lagi mencabut beberapa sanksi sebelumnya.
Ini memungkinkan pembelian dolar oleh China dan Uni Soviet untuk mendorong impor produk mereka dari dunia kapitalis.
Jadi, hasil diplomasi segitiga yang berharga adalah awal dari proses masuknya Cina dan Uni Soviet ke dalam wilayah moneter dolar menjelang berakhirnya Sistem Bretton Woods.
Ketika Nixon berbicara kepada orang-orang AS di televisi pada bulan Agustus 1971, strategi tahun 1947 telah mencapai tujuan ekonominya.
Selain itu, Jepang dan Jerman sudah menjadi musuh kuat dalam persaingan ekonomi internasional.
Belum lagi kontradiksi Bretton Woods masih membutuhkan upaya dan koordinasi dengan Eropa dan Jepang dalam tata kelola keuangan, seperti di Gold Pool dan IMF yang terkadang menimbulkan ketegangan dan pertentangan di antara mereka.
Akhirnya, Sistem Bretton Woods masih memberlakukan pembatasan pada AS dalam mengelola kebijakan ekonomi mereka, seperti dalam pertahanan paritas dolar-emas.
Meringkas argumen tersebut, sebelum 1969, selama kebijakan luar negeri tidak berubah, pemerintahan AS berturut-turut terus menegakkan Sistem Bretton Woods dan tujuannya, terlepas dari kontorversinya kebijakan itu.
Oleh karena itu, selama dekade pertama Perang Dingin, dukungan AS untuk tatanan Bretton Wood telah terjadi sejak sistem ekonomi ini mencapai tujuan geopolitiknya.
Namun, karena konteks internasional telah berubah secara ekspresif pada tahun 60-an, tatanan ekonomi menjadi semakin tidak sesuai.
Kebijakan Bretton Woods telah tidak berfungsi sebagai instrumen strategis Perang Dingin, dan itu tidak memadai dan ketinggalan zaman untuk perjuangan geopolitik dan tantangan geoekonomi baru.
Dengan kata lain, munculnya pesaing ekonomi baru dan terutama hasil proyeksi Soviet dalam sistem membawa pergeseran kebijakan luar negeri AS pada tahun 1969, yang mengawali diplomasi segitiga.
Dan, dua tahun kemudian, pada tahun 1971, Amerika Serikat secara sepihak meninggalkan Perjanjian Bretton Woods. (Rasya)