ISLAMTODAY ID-Kasus campak meningkat di Afghanistan, dengan kata lain merupakan “hukuman mati” untuk anak-anak yang kekurangan gizi.
Sekitar 3,2 juta anak diperkirakan menderita kekurangan gizi akut di Afghanistan pada akhir tahun ini, dengan 1 juta di antaranya berisiko meninggal karena suhu turun.
Organisasi Kesehatan Dunia dan badan-badan bantuan pada hari Jumat (12/11) memperingatkan kelaparan karena kekeringan bertepatan dengan ekonomi yang gagal menyusul penarikan dukungan keuangan Barat setelah pengambilalihan Taliban pada Agustus.
Sektor kesehatan sangat terpukul, dengan banyak petugas kesehatan melarikan diri karena gaji yang belum dibayar.
“Ini perjuangan berat karena kelaparan melanda negara ini,” ujar Margaret Harris kepada wartawan yang berbasis di Jenewa melalui telepon dari ibu kota Kabul, seperti dilansir dari TRTWorld, Jumat (12/11).
“Dunia tidak boleh dan tidak mampu memunggungi Afghanistan.”
Harris tidak mengetahui jumlah anak yang sudah meninggal karena kekurangan gizi tetapi menggambarkan “bangsal yang penuh dengan anak-anak kecil”, termasuk dengan bayi berusia tujuh bulan yang ia gambarkan sebagai “lebih kecil dari bayi yang baru lahir”.
Kasus Campak Meningkat
Wabah campak yang mengamuk telah membuat ribuan orang sakit dan menewaskan hampir 100 orang di Afghanistan tahun ini, ujar Harris.
Data WHO menunjukkan 24.000 kasus klinis sejauh ini telah dilaporkan.
“Untuk anak-anak yang kekurangan gizi, campak adalah hukuman mati. Kita akan melihat lebih banyak kematian jika kita tidak bergerak cepat,” ungkap Harris.
Dia menekankan perlunya segera meningkatkan pengawasan dan pengujian penyakit di negara itu, tetapi mengatakan bahwa bahkan tanpa pemantauan yang memadai, jelas bahwa “wabah campak sedang mengamuk.”
“Kami telah melihat jumlah kasus yang lebih tinggi tahun ini dan kami melihat kasus baru setiap hari,”ujarnya.
Suhu malam hari turun di bawah nol derajat Celcius dan suhu yang lebih dingin diperkirakan membuat orang tua dan muda lebih rentan terhadap penyakit lain, ungkap Harris.
Di beberapa tempat, orang-orang menebang pohon untuk menyediakan bahan bakar bagi rumah sakit di tengah kelangkaan yang meluas, tambahnya.
(Resa/TRTWorld)