ISLAMTODAY ID-Wabah pandemi telah menimbulkan kekhawatiran atas keamanan epidemiologis, dengan beberapa ilmuwan bahkan berspekulasi bahwa virus tersebut berasal dari luar bumi.
Ide kontaminasi alien bukanlah hal baru, karena para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa virus polio dan bakteriofag mampu bertahan dalam vakum dan radiasi pengion kosmik.
Peningkatan eksplorasi ruang angkasa tanpa henti dapat menimbulkan risiko invasi, bukan oleh alien, tetapi oleh mikobakteri dan virus dari daerah luar angkasa, BioScience melaporkan pada hari Rabu (17/11).
“Karena biaya besar mereka untuk sektor sumber daya dan kesehatan manusia, invasi biologis adalah masalah biosekuriti global yang membutuhkan solusi lintas batas yang ketat,” ujar Anthony Ricciardi dari McGill University, seperti dilansir dari Sputniknews, Kamis (18/11).
Ancamannya tidak sejauh yang terlihat, meskipun ada tindakan pencegahan oleh badan antariksa, “strain bakteri yang menunjukkan ketahanan ekstrim terhadap radiasi pengion, pengeringan, dan desinfektan telah diisolasi di ‘ruang bersih’ NASA yang digunakan untuk perakitan pesawat ruang angkasa.”
Komunitas internasional harus mengembangkan bidang ilmu invasi, yang meneliti ancaman tersebut dan menilai konsekuensinya.
Para ilmuwan telah menekankan bahwa “protokol untuk deteksi dini, penilaian bahaya, respons cepat, dan prosedur penahanan yang saat ini digunakan untuk spesies invasif di Bumi dapat disesuaikan untuk menangani potensi kontaminan luar bumi.”
Ilmu invasi telah mengadopsi sejumlah ide yang bekerja di planet kita.
Secara khusus, fakta bahwa daerah terpencil dan terisolasi, seperti pulau dan danau, lebih rentan terhadap ancaman pencemaran.
Selain itu, para ilmuwan menguraikan kesulitan prognosis di bidang ini dan pentingnya deteksi dini dalam mengelola ancaman mikroba.
Menurut Ricciardi dan rekan-rekannya, teknologi sekuensing DNA real-time portabel, ditambah dengan database kontaminan organisme yang diketahui, dapat memfasilitasi tanggapan yang cepat.
Para ahli biologi juga mencatat bahwa “kolaborasi yang lebih besar antara ahli biologi invasi dan astrobiolog akan meningkatkan protokol internasional yang ada untuk biosekuriti planet—baik untuk Bumi dan untuk benda luar angkasa yang dapat menampung kehidupan.”
Sebelumnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal sains Astrobiology menunjukkan bahwa virus mungkin ada di planet ekstrasurya serta di planet lain di tata surya kita.
Ahli astrobiologi dari AS dan Jepang berteori bahwa virion, partikel virus yang terdiri dari asam nukleat dan protein, dapat dengan mudah dikeluarkan dari atmosfer dan menempel pada benda kosmik lainnya.
Kemungkinan besar mereka terlempar ke luar angkasa karena jumlah virion yang sangat banyak dan ukurannya yang kecil.
Atau, misalnya, mereka bisa saja tiba di Bumi dengan meteorit.
Telah terbukti bahwa bakteriofag dapat bertahan hidup di bawah vakum dan radiasi pengion kosmik.
Proses serupa kemungkinan akan terjadi di planet lain yang layak huni.
Sementara itu, patogen adalah mesin evolusi dan kemunculan bentuk kehidupan yang kompleks tidak mungkin terjadi tanpa mereka.
Para ilmuwan percaya bahwa kemunculan virus tidak dapat dihindari di planet dengan organisme biologis.
Sejauh ini, tidak ada alat ilmiah yang mampu mendeteksi virus pada objek luar angkasa lain karena kurangnya biomarker umum untuk virus tersebut.
Para ilmuwan telah mengusulkan penggunaan mikroskop elektron transmisi (TEM) untuk tujuan ini, yang memungkinkan untuk menentukan keberadaan virion dan fitur morfologi uniknya.
Namun, TEM, karena ukuran dan beratnya, sulit dipasang di pesawat ruang angkasa.
(Resa/Sputniknews)