ISLAMTODAY ID-China menuduh Filipina melanggar wilayahnya, dengan mengatakan dua kapal pasokan diblokir oleh penjaga pantai Beijing ketika mereka mendekati beting yang disengketakan.
Manila memprotes bentrokan, mengutip klaimnya sendiri atas daerah tersebut.
Kedua kapal Filipina “melanggar” ke perairan dekat rantai pulau Nansha – juga dikenal sebagai Kepulauan Spratly – pada 16 November, juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijan mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat (19/11).
Lebih lanjut, Ia mencatat bahwa mereka memasuki daerah itu “tanpa persetujuan China.”
“Kapal penjaga pantai China melakukan tugas resmi sesuai dengan hukum dan menjunjung tinggi kedaulatan teritorial dan ketertiban maritim China,” ujar Zhao, seperti dilansir dari RT, Jumat (19/11).
Sementara itu, Zhao menambahkan bahwa daerah itu sekarang “secara umum tenang” dan bahwa kedua negara sedang berkomunikasi tentang pertemuan itu.
Komentar dari Beijing datang hanya satu hari setelah Manila pertama kali mempublikasikan insiden tersebut, dengan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin mengklaim kapal China menembakkan meriam air ke dua kapal pasokan dan memaksa mereka untuk meninggalkan misi mereka di dekat kawanan yang disengketakan di Spratly.
Dia meminta China untuk “mundur” dan “mengindahkan” klaim Filipina atas wilayah tersebut.
Sementara kedua negara menganggap beting Ayungin – atau disebut sebagai Beting Thomas Kedua atau Renai Jiao – sebagai wilayah mereka sendiri, Pengadilan Arbitrase Permanen Den Haag menyelesaikan perselisihan dengan memenangkan Filipina pada tahun 2016.
Namun, terlepas dari keputusan itu, juga sebagai fakta bahwa Manila telah mempertahankan kehadirannya di beting itu sejak tahun 1999, Beijing tidak mengabaikan klaimnya atas wilayah tersebut.
(Resa/RT)