ISLAMTODAY ID-Perdana Menteri Polandia Morawiecki mengklaim bahwa “hari ini targetnya adalah Polandia, tetapi besok adalah Jerman, Belgia, Prancis atau Spanyol” saat ia bersiap untuk bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa untuk membahas krisis tersebut.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki menyebut krisis migran di perbatasan Belarusia-Polandia, perbatasan timur Uni Eropa, sebagai “upaya terbesar untuk mengacaukan Eropa” sejak Perang Dingin.
“Presiden Belarusia Alexander Lukashenko meluncurkan perang hibrida melawan Uni Eropa. Ini adalah upaya terbesar untuk mengacaukan Eropa dalam 30 tahun,” ungkap Morawiecki di Twitter pada hari Ahad (21/11), seperti dilansir dari TRTWorld, Ahad (21/11).
“Polandia tidak akan menyerah pada pemerasan dan akan melakukan segalanya untuk mempertahankan perbatasan UE.”
Perdana menteri mengeluarkan pernyataan kuatnya ketika dia mengunjungi Estonia pada Ahad (21/11) pagi untuk membahas krisis dengan rekannya Kaja Kallas.
Dia akan melakukan perjalanan ke Lituania dan Latvia di kemudian hari untuk membahas krisis.
Barat menuduh Belarusia secara artifisial menciptakan krisis dengan membawa masuk calon migran, sebagian besar dari Timur Tengah, dan membawa mereka ke perbatasan dengan janji penyeberangan yang mudah ke Uni Eropa.
Belarus telah membantah klaim tersebut, sebaliknya mengkritik UE karena tidak menerima para migran.
‘Mengalihkan Perhatian’
Morawiecki menautkan ke pernyataan video di mana dia memperingatkan bahwa “hari ini targetnya adalah Polandia, tetapi besok adalah Jerman, Belgia, Prancis atau Spanyol.”
Dia juga mengklaim bahwa Lukashenko mendapat “dukungan ruang belakang dari Vladimir Putin,” presiden Rusia dan sekutu rezim Belarusia.
Lukashenko mengatakan kepada BBC sebelumnya bahwa “sangat mungkin” pasukannya telah membantu orang menyeberang ke Uni Eropa tetapi membantah mengatur operasi tersebut.
Beberapa pengamat percaya Polandia menggunakan retorikanya tentang masalah perbatasan untuk mencoba mengalihkan perhatian dari reformasi kontroversial yang menurut Uni Eropa membatasi independensi peradilan.
“Sementara masalah di perbatasan Polandia serius dan membutuhkan solidaritas Barat, misalnya dengan memberikan sanksi kepada Belarus, Morawiecki meniupnya di luar proporsi untuk mengalihkan perhatian dari pelanggaran aturan hukum oleh Polandia,” ungkap pakar politik Marcin Zaborowski.
Pada hari Ahad (21/11), penjaga perbatasan Polandia melaporkan upaya penyeberangan baru, termasuk oleh “kelompok yang sangat agresif yang terdiri dari sekitar 100 migran”.
Media Polandia mengatakan sedikitnya 11 migran telah tewas sejak krisis dimulai selama musim panas.
(Resa/BBC/