ISLAMTODAY ID-Aliansi pertahanan AUKUS, diumumkan pada bulan September oleh Australia, Inggris dan Amerika Serikat, membayangkan pertukaran teknologi pertahanan antara ketiga negara.
Secara khusus, Canberra akan menerima teknologi kapal selam nuklir dari Washington dan London.
Korea Utara dilaporkan telah mengkritik kemitraan keamanan tripartit baru, menyebutnya sebagai “instrumen perang” AS yang menimbulkan “ancaman serius” bagi perdamaian dunia, Yonhap melaporkan pada hari Selasa (29/11), mengutip pernyataan yang diposting di situs web kementerian luar negeri DPRK.
AUKUS dikatakan “membawa awan gelap perang nuklir ke dunia.”
“(Kekhawatiran) datang dari fakta bahwa platform keamanan berencana untuk mentransfer ke Australia teknologi untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir dari AS yang merupakan negara perang dan invasi terbesar di dunia,” ujar pernyataan itu, seperti dilansir dari Sputniknews, Rabu (1/12).
Ini bukan pertama kalinya Pyongyang menyatakan keprihatinan tentang AUKUS.
Sebelumnya pada bulan September, seorang perwakilan dari kementerian luar negeri Korea Utara menyebutnya sebagai langkah yang sangat berbahaya yang dapat menyebabkan perlombaan senjata nuklir dan merusak keseimbangan strategis di kawasan Asia-Pasifik.
Menurut pejabat itu, aliansi pertahanan baru mengisyaratkan bahwa Korea Utara perlu terus membangun kemampuan pertahanannya dalam jangka panjang agar siap menghadapi perubahan dramatis dalam keamanan global.
Pengumuman aliansi AUKUS datang di tengah ketegangan yang terus berlanjut antara AS dan China.
Yang terakhir juga di antara negara-negara yang mengecam AUKUS karena membentuk “klik” angkatan laut yang hanya akan memperdalam perlombaan senjata dan melemahkan upaya global untuk memerangi proliferasi nuklir.
Sebuah skandal di seluruh dunia disebabkan setelah pecahnya kesepakatan kapal selam skala besar antara Prancis dan Australia pada bulan September.
Paris menyatakan kemarahannya pada perjanjian pertahanan baru Canberra dengan Washington dan London, yang melibatkan pembangunan setidaknya delapan kapal selam nuklir.
(Resa/Sputniknews/Yonhap )