ISLAMTODAY ID —Amerika Serikat (AS) sedang bersiap-siap untuk perang di kawasan Indo-Pasifik, dan berharap untuk melakukannya dengan berbagai basis militer yang diperluas di seluruh negara sekutunya.
Pada tanggal 29 November, Pentagon mengumumkan bahwa Presiden AS Joe Biden telah menerima rekomendasi yang dibuat oleh Menteri Pertahanan Lloyd J. Austin III dalam Tinjauan Postur Global (GPR) AS pada bulan Februari yang lalu.
Berita itu mungkin disampaikan oleh Austin sendiri, tetapi tugas serius ini jatuh ke Mara Karlin, yang menjalankan tugasnya sebagai wakil menteri pertahanan.
Tinjauan tersebut dimaksudkan untuk “menginformasikan” pendekatan pemerintahan Biden dalam hal strategi pertahanan nasional.
“Panduan itu menegaskan bahwa AS akan memimpin dengan diplomasi terlebih dahulu, merevitalisasi jaringan sekutu dan mitra kami yang tak tertandingi dan membuat pilihan cerdas dan disiplin mengenai pertahanan nasional kami dan penggunaan militer kami secara bertanggung jawab,” kata Karlin.
Dia melanjutkan “ GPR memperkuat proses pengambilan keputusan kami dengan secara sengaja menghubungkan prioritas strategis, pertukaran global, kesiapan kekuatan dan modernisasi, koordinasi antar lembaga dan koordinasi sekutu serta mitra global.”
Dari pernyataan ini kita dapat disimpulkan bahwa AS sedang bersiap, dan sangat ingin memastikan bahwa sekutunya juga akan siap mengikutinya.
Fokus utama GPR adalah Indo-Pasifik, yang mengarah pada penguatan AS dan negara sekutu untuk melawan China.
Kerja sama antara Washington, sekutunya, dan mitranya untuk “memajukan inisiatif” yang membantu stabilitas regional dan mencegah agresi militer China dan ancaman dari Pyongyang, adalah hal-hal yang mendesak.
“Pendudukan Militer” AS di Darwin, Australia
AS telah menempatkan pasukan di Australia, Guam, dan berbagai Kepulauan Pasifik dimana AS ingin menggunakannya sebagai markas besar apabila konflik terbuka terjadi dengan China.
Konferensi pers itu tidak terlalu blak-blakan, tetapi implikasinya cukup jelas.
Menurut Karlin, Pentagon akan mencari “berbagai perbaikan infrastruktur di Guam, Persemakmuran Kepulauan Mariana Utara dan Australia”.
Pengerahan pesawat tempur dan pembom rotasi AS yang baru ke Australia dan kerjasama logistik lebih lanjut dengan Canberra telah dipastikan akan terjadi.
Ketika ditanya oleh seorang jurnalis mengapa Australia dan Guam secara khusus disebutkan dalam pidato tersebut, Karlin menunjukkan bahwa kedua kawasan itu sangat penting bagi pertahanan AS.
Pernyataan yang berkaitan dengan Australia menegaskan betapa pentingnya mengamankan negara itu dengan kemitraan keamanan trilateral yang mengikat yaitu AUKUS antara Australia, Inggris dan AS.
AUKUS, jelas Austin saat itu, akan “membantu berkontribusi” pada konsep “pencegahan terintegrasi di kawasan”, cara yang tidak imajinatif untuk mengatakan bahwa AS akan memimpin upaya pengamanan di Indo-Pasifik.
Sementara Washington mencari “hubungan yang konstruktif dan berorientasi pada hasil dengan RRT, kami akan tetap melihat dengan jelas dalam pandangan kami tentang upaya Beijing untuk merusak tatanan internasional yang mapan.”
Pernyataan yang jelas seperti itu sebagai bukti melibatkan pemanfaatan wilayah Australia dengan baik, dengan Canberra menyetujui “prakarsa postur kekuatan utama yang akan memperluas akses dan kehadiran AS di Australia.”
Namun, Becca Wasser dari Center for a New American Security menyebut Akses adalah kata yang tepat untuk menutupi kebijakan asli AS yang sebenarnya lebih seperti pendudukan militer secara sukarela oleh Australia.
“Jika Anda ingin mengubah postur – apakah itu memperluas atau mengkonsolidasikan pangkalan, atau menggunakan kemampuan baru – Anda memerlukan akses atau lebih dapat disebut pendudukan militer,” kata Wasser kepada Breaking Defense
Ada dorongan tanpa malu-malu dari kehadiran garnisun dan militer AS yang lebih besar di Australia.
Dengan Australia berkomitmen untuk berinvestasi dan memperluas fasilitas angkatan laut AS di Darwin dan di pantai barat.
Ini, pada gilirannya, dapat “disesuaikan dengan kehadiran angkatan laut AS yang lebih besar di fasilitas ini, untuk tujuan kegiatan bersama melalui Samudra Hindia dan naik ke Asia Tenggara.”
Ini bukti saat ini AS telah mengkooptasi properti dan sumber daya Australia untuk memajukan agenda Washington demi melawan China.
Terlihat dengan jelas dalam pernyataan Menteri Pertahanan AS Austin,
“Secara khusus, AS harus meneruskan pengiriman kapal permukaan, bawah permukaan, dan tanpa awak Angkatan Laut ke Australia; memperluas kehadiran rotasi Angkatan Udara untuk memasukkan jumlah yang lebih besar dan kehadiran yang lebih sering dari platform intelijen, pengawasan, dan pengintaian berdaya tahan tinggi; dan meningkatkan kehadiran Marinir dan Angkatan Darat untuk memfasilitasi pelatihan dan integrasi yang lebih besar dalam aliansi.” (Rasya)