ISLAMTODAY ID-Washington akan memberikan tambahan USD 200 juta dalam bentuk bantuan militer defensif ke Kiev sebagai bagian dari upaya Amerika untuk membantu Ukraina melindungi dirinya sendiri.
Pengumuman itu datang pada hari Rabu (19/1) ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membuka kunjungan yang diatur dengan tergesa-gesa ke Kiev di tengah peringatan tentang kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina.
“Kami berkomitmen pada kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dan akan terus memberikan dukungan yang dibutuhkan Ukraina,” ungkap seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, seperti dilansir dari TRTWorld, Rabu (19/1).
Namun, pejabat itu tidak merinci isi paket bantuan tersebut.
Pejabat itu mengatakan bantuan itu disetujui pada akhir Desember sebagai bagian dari upaya Amerika untuk membantu Ukraina melindungi dirinya sendiri.
Akan tetapi, hingga Rabu (19/1), pemerintah menolak mengomentarinya.
Gedung Putih mengatakan pada hari Selasa (18/1) bahwa Rusia dapat kapan saja melancarkan serangan di Ukraina.
‘Di Luar Jalur Diplomatik’
Pemerintahan Biden dan sekutu Eropanya menuduh Putin menciptakan krisis dengan mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina.
Kunjungan Blinken ke Kiev menyusul pembicaraan diplomatik yang tidak meyakinkan antara Moskow dan Barat di Eropa pekan lalu yang gagal menyelesaikan perselisihan mencolok mengenai Ukraina dan masalah keamanan lainnya.
Sebaliknya, pertemuan-pertemuan itu tampaknya telah meningkatkan ketakutan akan invasi Rusia, dan pemerintahan Biden menuduh Rusia mempersiapkan “operasi bendera palsu” untuk digunakan sebagai dalih untuk intervensi.
Rusia dengan marah membantah tuduhan itu.
Dari Kiev, Blinken akan melakukan perjalanan ke Berlin, di mana ia akan bertemu dengan rekan-rekannya dari Jerman, Inggris, dan Prancis untuk membahas kemungkinan tanggapan terhadap setiap tindakan militer Rusia.
Di Jenewa pada hari Jumat (21/1), Blinken akan menguji Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tentang minat Rusia dalam “jalan keluar diplomatik” untuk krisis tersebut, ungkap Departemen Luar Negeri.
Lavrov menegaskan kembali bahwa Rusia mengharapkan tanggapan tertulis minggu ini dari AS dan sekutunya atas permintaan Moskow untuk jaminan yang mengikat bahwa NATO tidak akan merangkul Ukraina atau negara-negara bekas Soviet lainnya atau menempatkan pasukan dan senjatanya di sana.
Rusia pada tahun 2014 merebut Semenanjung Krimea setelah penggulingan pemimpin Ukraina yang bersahabat dengan Moskow dan juga mendukung pemberontakan separatis di Ukraina timur.
Lebih dari 14.000 orang telah tewas dalam hampir delapan tahun pertempuran antara pemberontak yang didukung Rusia dan pasukan Ukraina di jantung industri negara yang disebut Donbas.
(Resa/TRTWorld)