ISLAMTODAY ID – Junta yang memerintah negara Afrika Barat, Mali menuntut Denmark “segera” menarik pasukan, dengan mengatakan pihaknya tidak berkonsultasi dan pengerahan itu gagal mengikuti protokol.
Pemerintah militer Mali telah meminta Denmark untuk “segera” menarik sekitar 100 pasukan pasukan khusus yang baru tiba yang ditempatkan di negara Sahel yang bermasalah.
Junta, yang berkuasa melalui kudeta pada Agustus 2020, mengatakan dalam sebuah pernyataan di TV pemerintah dan dipublikasikan di media sosial pada Senin (24/1) bahwa “penempatan ini dilakukan tanpa persetujuan”.
“Kontingen sekitar 90 tentara Denmark tiba di Mali untuk bergabung dengan pasukan khusus Eropa yang mendukung operasi anti-militan negara itu awal bulan ini,” ungkap militer Denmark saat itu, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (25/1).
Pasukan tersebut, yang penempatannya diumumkan pada April 2021, ditempatkan di Menaka di Mali timur. Mandatnya akan berjalan hingga awal Tahun 2023.
Operasi Barkhane
Denmark sebelumnya telah mengirim pasukan untuk berpartisipasi dalam intervensi militer di Mali, beberapa dengan pasukan penjaga perdamaian MINUSMA PBB dan yang lainnya dengan Operasi Barkhane yang dipimpin Prancis.
Kontingen baru itu akan bergabung dengan Satuan Tugas Takuba –– unit 900 pasukan yang dipimpin Prancis diluncurkan pada Maret 2020.
Kontributor lainnya adalah Belanda, Estonia, Swedia, Norwegia, Belgia, Republik Ceko, Portugal, Italia, dan Hongaria.
Negara-negara Eropa telah menyuarakan keprihatinan atas pengerahan tentara bayaran dari kelompok Wagner Rusia di tanah Mali dan kembalinya Mali ke pemerintahan sipil setelah kudeta.
(Resa/TRTWorld)