1ISLAMTODAY ID – Menteri Pertahanan Sergey Shoigu telah mengungkapkan info tambahan tentang insiden yang diduga melibatkan kapal selam nuklir Amerika di perairan Rusia.
Menteri pertahanan Rusia telah menguraikan rincian insiden yang, menurut Moskow, melihat kapal selam militer AS melanggar kedaulatan Rusia selama akhir pekan. Pentagon telah membantah bahwa peristiwa semacam itu terjadi.
Berbicara pada hari Senin (14/2), Sergey Shoigu mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa kapal selam itu pergi sejauh 4 km ke perairan teritorial negara itu.
Militer Rusia membutuhkan waktu tiga jam untuk membuat kapal pengganggu itu pergi dan membutuhkan pengerahan “tindakan khusus” tiga kali, ujar Shoigu kepada presiden.
Menteri tersebut mengatakan pergerakan kapal selam itu “benar-benar tidak dapat dibenarkan.”
Shoigu mengulangi rincian kapal yang sebelumnya diberikan oleh kementerian, tetapi menggunakan beberapa bahasa yang memenuhi syarat.
Dia mengatakan penyusup itu “kemungkinan besar” Amerika, menambahkan bahwa militer menganggap jarak dugaan penyusupan sebagai “cukup signifikan untuk lingkungan pulau”.
Militer Rusia melaporkan insiden itu Sabtu (11/2) lalu, dengan mengatakan tersangka penyusup adalah kapal selam serang bertenaga nuklir kelas Virginia AS.
Insiden itu terjadi di Pasifik dekat salah satu Kepulauan Kuril Rusia pada saat Angkatan Laut Rusia sedang melakukan latihan di daerah itu, kata Kementerian Pertahanan.
Angkatan Laut AS menanggapi, dengan mengatakan bahwa klaim Rusia tentang pelanggaran perbatasan tidak benar.
Ia menolak untuk mengatakan apakah aset militer AS dikerahkan di daerah di mana dugaan insiden itu terjadi.
“Saya tidak akan mengomentari lokasi persis kapal selam kami, tetapi kami terbang, berlayar, dan beroperasi dengan aman di perairan internasional,” ujar Kapten Kyle Raines, juru bicara Angkatan Laut, seperti dilansir dari RT, Senin (14/2).
Rusia menyebut insiden itu sebagai pelanggaran besar terhadap hukum internasional yang menciptakan ancaman bagi keamanan nasional, dan memanggil atase militer AS untuk meminta penjelasan.
(Resa/RT)