ISLAMTODAY ID – Amerika Serikat telah menegaskan kembali dukungannya terhadap rencana otonomi Maroko di Sahara Barat untuk menyelesaikan konflik kerajaan yang telah berlangsung puluhan tahun dengan gerakan kemerdekaan Polisario.
“Kami terus memandang rencana otonomi Maroko sebagai hal yang serius, kredibel, dan realistis,” ungkap Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman pada Selasa (8/3) saat berkunjung ke sekutu AS itu.
Tur regionalnya juga akan mencakup saingan berat Maroko, Aljazair.
Sherman menyuarakan dukungan kepada Staffan de Mistura, utusan Sahara Barat PBB, yang bekerja untuk menghidupkan kembali proses perdamaian yang terhenti sejak 2019.
“Kami melakukannya dengan pikiran terbuka untuk menemukan resolusi yang akan mengarah pada hasil yang bertahan lama dan bermartabat bagi semua pihak,” ujar Sherman kepada wartawan setelah bertemu dengan diplomat top Maroko Nasser Bourita, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (8/3).
Bourita mencatat “posisi yang jelas dan konstan” Washington di Sahara Barat dan rencana otonomi.
Rabat melihat bentangan gurun yang luas, bekas koloni Spanyol dengan sumber daya fosfat yang kaya dan akses ke perairan Atlantik yang menguntungkan, sebagai bagian integral dari wilayahnya.
Maroko mengklaim wilayah tersebut setelah Spanyol menarik diri pada 1975.
Front Polisario mengangkat senjata untuk menuntut kemerdekaan, memproklamasikan Republik Demokratik Arab Sahrawi (SADR) pada tahun 1976 dan berperang 16 tahun dengan Maroko.
Maroko sekarang menguasai 80 persen wilayah, sedangkan sisanya dijalankan oleh Front Polisario.
Front Polisario terus menuntut referendum kemerdekaan berdasarkan kesepakatan 1991 yang mencakup gencatan senjata.
Hubungan Dengan Israel
Pada akhir 2020, pemerintahan Trump mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat sebagai quid pro quo bagi kerajaan untuk memperbaiki hubungan dengan Israel.
Pemerintahan Biden belum membalikkan keputusan Trump.
Kesepakatan itu memicu ketegangan baru dengan negara tetangga Aljazair, yang telah lama mendukung Polisario.
Gerakan tersebut telah menyatakan gencatan senjata 1991 batal demi hukum.
Sherman mengatakan dia dan Bourita juga membahas “perang Rusia yang direncanakan, tidak dapat dibenarkan, dan tidak beralasan terhadap Ukraina”.
Rabat, salah satu sekutu tertua Washington di bawah sebuah perjanjian sejak tahun 1787, tidak ambil bagian dalam pemungutan suara Majelis Umum PBB pekan lalu mengenai resolusi yang menyerukan agar Rusia segera menarik diri dari Ukraina.
Analis mengatakan netralitasnya berasal dari keinginan untuk menghindari mengasingkan Rusia, anggota Dewan Keamanan dengan suara dalam resolusi atas Sahara Barat.
(Resa/TRTWorld)