ISLAMTODAY ID – Para pengunjuk rasa berbaris di kota-kota di seluruh negara Afrika timur laut dalam demonstrasi lanjutan untuk pemerintahan sipil & mengutuk penurunan kondisi ekonomi.
Pasukan keamanan Sudan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa, ungkap saksi mata kepada kantor berita AFP.
Di Khartoum, pasukan keamanan pada hari Senin (14/3) menembakkan gas air mata ke arah demonstran yang berusaha mencapai istana presiden, menurut seorang koresponden AFP.
Ratusan pengunjuk rasa di kota Laut Merah Port Sudan juga dihujani gas air mata, menurut saksi mata.
“Turunkan kekuasaan militer”, teriak pengunjuk rasa di Damazin, sebuah kota sekitar 450 kilometer tenggara ibukota Khartoum, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (15/3).
Sementara itu, biaya roti dan transportasi telah melonjak dalam beberapa hari terakhir.
Protes reguler yang menyerukan pemerintahan sipil telah terjadi sejak kudeta militer yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al Burhan pada 25 Oktober, dengan tindakan keras yang menewaskan 87 orang, menurut petugas medis.
Rentan Kekurangan Pasokan
Pada hari Ahad (13/3), harga sepotong kecil roti melonjak lebih dari 40 persen, dari 35 menjadi 50 pound Sudan, atau dari lima menjadi delapan sen AS.
Sudan sangat rentan terhadap kekhawatiran kekurangan pasokan global setelah serangan Rusia di Ukraina.
Ketika biaya bahan bakar melonjak secara global, biaya transportasi juga melonjak 50 persen di seluruh Sudan.
Di Nyala, ibu kota negara bagian Darfur Selatan di barat, pasukan keamanan menembakkan rentetan tabung gas air mata untuk menghentikan kerumunan.
“Tidak untuk kenaikan biaya,” teriak orang-orang, menurut penduduk Abdel Moneim Mohamed.
“Tidak untuk aturan militer.”
Para pengunjuk rasa di Nyala juga termasuk penduduk kamp-kamp besar yang didirikan ketika orang-orang diusir dari rumah mereka selama konflik yang pecah di Darfur pada tahun 2003.
Situasi Sulit
“Situasinya menjadi tak tertahankan,” ungkap Hamad Bashir dari Atbara, sebuah kota 280 kilometer timur laut Khartoum, pusat tradisional industri kereta api negara itu.
Bashir mengatakan, pekerja kereta api belum dibayar selama dua bulan.
Pekerja kereta api mulai mogok pada hari Ahad (13/3), kata Hashem Khedr, kepala Serikat Pekerja Kereta Api.
Satu dari setiap tiga orang bergantung pada bantuan di Sudan, menurut PBB.
Krisis ekonomi semakin dalam ketika kudeta militer Oktober memicu kecaman internasional yang luas dan tindakan hukuman yang mencakup penangguhan bantuan AS sebesar USD 700 juta.
Kudeta Oktober menggagalkan kesepakatan pembagian kekuasaan yang rapuh antara tentara dan warga sipil yang telah dinegosiasikan dengan susah payah setelah penggulingan penguasa lama Omar al Bashir pada tahun 2019.
(Resa/TRTWorld)