ISLAMTODAY ID- China beri peringatan bahwa Asia Tengah harus waspada terhadap campur tangan kekuatan besar.
Menteri pertahanan China mengatakan Beijing menentang intervensi asing di Kazakhstan, memperingatkan “revolusi warna” yang diluncurkan dengan kedok juga bersumpah untuk mendukung upaya negara itu dalam “menjaga keamanan nasional.”
Untuk diketahui, revolusi warna adalah istilah untuk menyebut berbagai gerakan yang berkembang di banyak negara bekas Uni Soviet, Republik Rakyat Tiongkok dan Balkan pada awal abad ke-21.
Setelah pertemuan dengan Presiden Kazakh Kassym-Jomart Tokayev di Nur-Sultan pada hari Senin (25/4), Menteri Pertahanan Wei Fenghe menggembar-gemborkan “prospek masa depan yang cerah” yang ditawarkan oleh hubungan bilateral, juga menyentuh ancaman yang ditimbulkan oleh campur tangan asing.
“China dengan tegas menentang kekuatan eksternal yang sengaja menghasut ‘revolusi warna’ di Kazakhstan, dan mendukung Kazakhstan dalam mengambil langkah-langkah efektif untuk menjaga keamanan nasional dan stabilitas sosial,” ungkap Wei, seperti dikutip oleh Kementerian Pertahanan, seperti dilansir dari RT, Rabu (27/4).
“Kita harus waspada terhadap beberapa kekuatan besar yang mengganggu di Asia Tengah dan mengganggu keamanan Asia Tengah.”
Meskipun menteri tidak merinci, pernyataannya muncul sekitar tiga bulan setelah protes massal meletus di Kazakhstan yang awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar.
Demonstrasi damai menjadi kekerasan selama beberapa hari di bulan Januari, dengan setidaknya 225 orang tewas selama bentrokan dengan pasukan keamanan dan ribuan lainnya terluka dan ditangkap.
Kerusuhan tersebut mendorong pengerahan oleh Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, yang mengirim pasukan penjaga perdamaian ke negara itu atas permintaan Tokayev dan pada akhirnya membantu memadamkan kekerasan.
Menanggapi keluhan pengunjuk rasa, pemerintah memecat beberapa pejabat tinggi dan menjanjikan serangkaian reformasi politik dan ekonomi, termasuk pemulihan kontrol harga bahan bakar sebelumnya.
Presiden mengklaim puluhan ribu “teroris terlatih asing” dan “bandit” berada di balik kerusuhan tersebut, dengan alasan mereka bertujuan untuk melakukan kudeta atas nama negara lain, meskipun ia tidak memberikan bukti untuk pernyataan tersebut.
Pada saat itu, Menteri Luar Negeri China Wang Li mengatakan protes didorong oleh “tiga kekuatan jahat” ekstremisme, terorisme dan separatisme, yang menawarkan dukungan dari pasukan keamanan Beijing.
Meskipun Kazakhstan termasuk dalam Organisasi Kerjasama Shanghai yang dipimpin China dan berhak meminta bantuan keamanan dari negara-negara anggota, hal itu tidak dilakukan selama kerusuhan Januari.
(Resa/RT)