ISLAMTODAY ID-Presiden Gotabaya Rajapaksa berjanji untuk menunjuk perdana menteri baru, memberdayakan parlemen dan menghapuskan sistem presidensial eksekutif yang berkuasa di tengah krisis politik dan kekerasan yang dipicu oleh krisis ekonomi terburuk dalam ingatan.
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah berjanji untuk menyerahkan sebagian besar kekuasaan eksekutifnya tetapi tidak memenuhi tuntutan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara itu.
Pria berusia 72 tahun pada hari Rabu (11/5), dalam pidato pertamanya kepada bangsa sejak dimulainya kampanye protes selama sebulan yang menyerukan dia untuk mundur, mengatakan dia akan mengumumkan pemerintah persatuan dalam beberapa hari mendatang.
“Saya akan menunjuk seorang perdana menteri yang akan memimpin mayoritas di parlemen dan kepercayaan rakyat,” ungkap Rajapaksa dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dilansir dari TRTWorld, Rabu (11/5).
Dia tidak menyebutkan pengganti kakak laki-lakinya Mahinda Rajapaksa, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Senin (9/5) untuk membuka jalan bagi kabinet baru.
“Saya akan bekerja untuk memberikan lebih banyak kekuasaan kepada parlemen dan mengaktifkan elemen-elemen kunci dari amandemen ke-19 konstitusi,” ungkapnya, merujuk pada reformasi demokrasi yang dia batalkan segera setelah pemilihannya pada tahun 2019.
Janji Rajapaksa dalam mengembalikan amandemen itu akan membuat dia kehilangan kemampuan mengontrol penunjukan senior untuk layanan publik, polisi, kantor pemilihan dan peradilan.
Keruntuhan Ekonomi
Sri Lanka telah menderita selama berbulan-bulan pemadaman listrik dan kekurangan makanan, bahan bakar dan barang-barang vital lainnya setelah kehabisan devisa untuk membayar impor.
Kepala bank sentral negara pulau itu memperingatkan pada hari Rabu (11/5) bahwa ekonomi akan “runtuh” kecuali pemerintah baru segera ditunjuk.
Rajapaksa mengatakan dia membutuhkan dukungan publik “untuk memastikan bahwa negara ini tidak runtuh dan kami dapat menyediakan kebutuhan pokok untuk semua.”
Para pengunjuk rasa telah berkemah di luar kantor presiden di pinggir laut di ibu kota Kolombo selama lebih dari sebulan untuk mendesaknya mundur.
Jam malam nasional berlaku setelah loyalis pemerintah menyerang pengunjuk rasa anti-Rajapaksa pada hari Senin, memicu pembalasan oleh massa yang marah.
Setidaknya sembilan orang tewas dalam kekerasan berikutnya sementara puluhan rumah milik anggota parlemen dan pendukung pemerintah dibakar.
Pasukan keamanan sebagian besar telah mengatasi gangguan publik setelah pengerahan pasukan besar-besaran, dengan tentara diperintahkan untuk menembak di tempat siapa pun yang terlibat dalam penjarahan atau kekerasan.
(Resa/TRTWorld)